Berita

Donald Trump/Net

Dunia

Szijjarto: Jika Dulu Trump Menang Pilpres, Perang Ukraina tidak akan Pecah

KAMIS, 15 JUNI 2023 | 06:02 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Konflik di Ukraina hanya bisa ditempuh lewat negosiasi dan pembicaraan damai. Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto mengatakan itu harus melibatkan beberapa pihak, bukan hanya Rusia dan Ukraina.

Ia kemudian menunjuk Amerika Serikat (AS), yang merupakan pendukung militer dan keuangan terbesar Kyiv. Szijjarto menekankan, AS harus terlibat dalam pembicaraan damai tersebut untuk menyelesaikan konflik.

"Ukraina tidak akan mampu melawan Rusia tanpa bantuan militer yang diberikan oleh AS. Perdamaian yang berkelanjutan akan bergantung pada kesepakatan antara Washington dan Moskow," kata Szijjarto.

Di bawah kepemimpinan Joe Biden, AS justru memicu perang. Biden dikatakan telah meningkatkan ketegangan dengan Moskow dengan pengiriman bantuan persenjataan yang bertubi-tubi dan kerap melangkah terlalu jauh dengan komentarnya tentang Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Harapan untuk perdamaian adalah Donald Trump,” kata Szijjarto.

Sosok mantan presiden AS itu menempati ruang tersendiri bagi Hongaria. Ia percaya Trump dapat menurunkan ketegangan dalam konflik global, terutama krisis di Ukraina.

Szijjarto bahkan mengatakan, Hongaria berharap Trump memenangkan pemilihan presiden 2024 dan kembali ke Gedung Putih.

"Jika Presiden Trump memenangkan pemilihan presiden AS yang terakhir (2020), maka perang Ukraina tidak akan pecah. Kami benar-benar melihat kemungkinan kembalinya dia ke Gedung Putih sebagai harapan untuk masa depan yang damai," kata Szijjarto dalam wawancaranya dengan Newsmaz, seperti dikutip dari TASS, Rabu (14/6).

Ia mendoakan mantan presiden itu menang dalam pemilihan presiden 2024 dan penyelesaian yang baik untuk semua tuntutan hukum yang diajukan terhadapnya.

Trump, adalah "teman sejati Hongaria", kata Szijjarto. Ia mendoakan semoga kasus yang melibatkan Trump segera selesai dan Trump sukses lepas dari tuntutan hukum yang menjeratnya.

Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban sebelumnya secara terbuka mendukung Trump. Orban adalah salah satu dari sedikit pemimpin dunia, yang secara terang-terangan mendukung dan mendesak Trump untuk kembali ke Gedung Putih sebagai presiden dan memperbaharui seruan bagi kekuatan populis untuk merebut kendali demokrasi di AS dan Eropa.

Pada saat yang sama, Orban mengaku memiliki hubungan yang tegang dengan pemerintahan penerus Trump dari Partai Demokrat, Presiden Joe Biden.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya