Jemaah haji Indonesia menjalani pemeriksaan paspor saat tiba di Arab Saudi/Net
Jemaah haji asal Indonesia mendapat kemudahan dari Pemerintah Arab Saudi dalam mengurus visa. Lewat aplikasi bio visa, pengurusan visa haji bisa dilakukan secara online. Hal ini juga memberikan kemudahan dan kecepatan pemeriksaan jemaah saat tiba di bandara Arab Saudi.
Namun ternyata banyak jemaah haji yang terkendala proses perekaman sidik jari (basmah) terkait penggunaan visa bio ini. Akibatnya, tak sedikit jemaah yang terpaksa berurusan dengan petugas imigrasi lebih lama ketika tiba di Bandara Madinah atau Jeddah karena harus mengulang-ulang proses basmah.
"Beberapa jemaah karena soal usia atau pekerjaan atau hal lain itu kesulitan merekam sidik jarinya, sehingga proses pemvisaan jadi terlambat," kata Kepala Kantor Urusan Haji (KUH) Indonesia, Nasrullah Jasam, di Jeddah, Selasa (13/6).
Pemerintah melalui Wakil Tetap Indonesia untuk Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Dubes Eko Hartono, mengusulkan agar ada solusi lain yang bisa diterapkan untuk memudahkan jemaah terkait proses pemvisaan. Hal itu disampaikan dalam pertemuan negara-negara anggota OKI bersama Kementerian Haji Arab Saudi di Jeddah.
"Beliau usulkan agar ada solusi lain yaitu perekaman retina yang sama akuratnya. Hanya mungkin teknologinya perlu dikembangkan," ucap Nasrullah, dikutip dari laman Kemenag RI, Rabu (14/6).
"Dan tadi usulan mengganti perekaman sidik jari dengan retina bagi (jemaah) yang bermasalah ini sangat diapresiasi Kementerian Haji Arab Saudi," sambungnya.
Selain itu, pihaknya juga mengusulkan agar Pemerintah Arab Saudi memperluas layanan fast track.
Saat ini, layanan tersebut baru bisa dilakukan untuk jemaah embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) dan Jakarta-Bekasi (JKS) yang terbang melalui Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.
"Kita ada 13 embarkasi, saya kira semuanya diusulkan mendapat layanan fast track," demikian Nasrullah.