Indonesia menerima keketuaan ASEAN 2023/Net
POSISI sebagai ketua di ASEAN bukan hal yang baru bagi Indonesia. Sebelumnya, Indonesia pernah menjalankan keketuaan ASEAN pada tahun 1976, 2003, dan 2011.
Dalam menyambut momentum ini, kementerian/lembaga di Indonesia melakukan persiapan dan memastikan bahwa seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) memiliki visi dan prioritas yang sama dalam merumuskan program-program yang sesuai dengan identitas ASEAN dan kepentingan nasional Indonesia.
Selain itu, masyarakat Indonesia juga dapat berpartisipasi dalam mendukung dan merealisasikan program-program tersebut.
Dalam menjalankan keketuaannya, Indonesia bergerak sesuai tema besar ASEAN 2023 yang telah disepakati yaitu “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”. Dalam tema tersebut, terdapat dua poin utama, yakni geopolitik dan geoekonomi.
Secara singkat, untuk mencapai tujuan dari tema ini diperlukan
continuing, saling bersinergi antar anggota dalam merealisasikan komitmen di ASEAN dan
change, menyusun inovasi terhadap tantangan baru yang muncul dari kawasan maupun global.
Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara, tentunya banyak negara anggota yang mengharapkan keketuaan Indonesia di ASEAN dapat memberikan inovasi-inovasi dalam menghadapi tantangan internasional dan meningkatkan diplomasi ekonomi, kesehatan, dan keamanan kawasan.
Selanjutnya bagaimana Indonesia dalam memenuhi ekspektasi negara anggota terkait pencapaian kepentingan regional, sekaligus di sisi lain memanfaatkan peluang dan peran strategisnya untuk memberikan dampak positif bagi warga negaranya.
Indonesia memiliki potensi besar dalam memainkan peran strategis untuk meningkatkan lingkup domestiknya. Beberapa faktor seperti populasi penduduk yang besar, negara demokrasi terbesar ke-3 di dunia, negara muslim terbesar, serta termasuk dari 20 ekonomi terbesar dunia dalam G20 menjadi peluang Indonesia untuk menyelaraskan kebijakannya agar sejalan dengan kepentingan nasionalnya.
Langkah awal Indonesia terlihat dari laman web Sekretariat Kabinet RI yang menyatakan bahwa pertemuan tingkat menteri dalam mempersiapkan program-program selama masa keketuaan Indonesia, dimanfaatkan untuk mempromosikan destinasi wisata dengan cara menyelenggarakannya di kota-kota yang terkenal memiliki tempat wisata unggulan seperti Bali, Labuan Bajo, Lombok, Makassar, Medan, Yogyakarta, dan masih banyak lagi.
Dengan ini, diharapkan dapat meningkatkan devisa negara baik di pusat maupun daerah.
Sejak masa pemerintahan Presiden Jokowi, Indonesia dalam melaksanakan program-programnya berlandaskan pada RPJMN dan RKP, tetap dapat memprioritaskan kepentingan domestik tanpa mengabaikan identitas ASEAN.
Terlebih, perencanaan yang ada di dalam dokumen RPJMN itu bertujuan untuk meningkatkan posisi Indonesia di kancah internasional.
Sebelum ke tingkat global, Indonesia memiliki target untuk menjadi yang berpengaruh di kawasan, hal ini sejalan dengan sasaran pembangunan politik luar negeri Indonesia yang ingin berperan sebagai
regional great power.
Dalam mewujudkan cita-cita tersebut, momentum keketuaan Indonesia di ASEAN merupakan waktu yang tepat untuk digunakan dalam memainkan peran norm setting dan norm making serta mewujudkan kepemimpinan Indonesia yang efektif di ASEAN.
Melalui ASEAN juga, Indonesia berupaya menguatkan peran diplomasinya secara global. Hal ini terdapat dalam dokumen perencanaan pembangunan nasional dalam visi Indonesia 2045, bahwa ASEAN sebagai media dalam merealisasikan diplomasi Indonesia yang aktif.
*Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta