Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Kerusuhan Terus Berlanjut, AS Jatuhkan Sanksi Baru untuk Sudan

JUMAT, 02 JUNI 2023 | 18:39 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap empat perusahaan yang dituduh berafiliasi dengan tentara dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di Sudan pada Kamis (1/6), setelah kerusuhan kembali meletus di negara itu.

Dalam pernyataannya, Departemen Keuangan AS mengatakan bahwa mereka telah menargetkan empat perusahaan yang diduga menghasilkan pendapatan dari konflik dan berkontribusi dalam pertempuran yang berlangsung sejak April lalu itu.

“Melalui sanksi, kami memutus aliran keuangan utama ke Pasukan Pendukung Cepat dan Angkatan Bersenjata Sudan, merampas sumber daya yang mereka butuhkan untuk membayar tentara, mempersenjatai kembali, memasok, dan berperang di Sudan,” kata Menteri Keuangan AS, Janet Yellen.

Seperti dimuat Reuters pada Jumat (2/6), AS menjatuhkan sanksinya kepada perusahaan Algunade, dan perushaan Tradive General Trading L.L.C yang dikendalikan oleh komandan RSF.

Selain itu Washington juga telah memberikan sanksinya kepada Sistem Industri Pertahanan, yang merupakan perusahaan pertahanan terbesar di Sudan, dan perusahaan senjata Sudan Master Technology, yang berafiliasi dengan militer negara itu.

Serta memberlakukan pembatasan visanya terhadap individu di Sudan, termasuk pejabat dari tentara dan RSF serta para pemimpin dari bekas pemerintahan Omar Al Bashir.

Menurut Janet, pihaknya saat ini akan terus berdiri mendukung warga sipil untuk melawan mereka yang melanggengkan kekerasan terhadap rakyat Sudan.

Langkah terbaru itu telah menandai tindakan hukuman pertama yang diberlakukan Washington berdasarkan perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Presiden AS Joe Biden pada bulan Mei lalu, yang membuka jalan bagi sanksi baru untuk negara itu di tengah pertempuran.

Kedua belah pihak baru-baru ini, terutama pasukan militer Sudan telah menarik diri dari kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat, bersama Arab Saudi pada Mei lalu, yang memicu meletusnya kembali konflik di negara itu.

Menurut catatan PBB, konflik yang pecah sejak 15 April itu telah menewaskan lebih dari 600 orang, yang membuat lebih dari 1,2 juta masyarakat mengungsi, dan mendorong 400.000 lainnya melintasi perbatasan ke negara-negara tetangga untuk mencari tempat berlindung.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Razia Balap Liar: 292 Motor Disita, 466 Remaja Diamankan

Senin, 03 Februari 2025 | 01:38

Pemotor Pecahkan Kaca Mobil, Diduga karena Lawan Arah

Senin, 03 Februari 2025 | 01:29

PDIP: ASN Poligami Berpeluang Korupsi

Senin, 03 Februari 2025 | 01:04

Program MBG Dirasakan Langsung Manfaatnya

Senin, 03 Februari 2025 | 00:41

Merayakan Kemenangan Kasasi Vihara Amurva Bhumi Karet

Senin, 03 Februari 2025 | 00:29

Rumah Warga Dekat Pasaraya Manggarai Ludes Terbakar

Senin, 03 Februari 2025 | 00:07

Ratusan Sekolah di Jakarta akan Dipasang Water Purifire

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:39

Manis di Bibir, Pahit di Jantung

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:18

Nasdem Setuju Pramono Larang ASN Poligami

Minggu, 02 Februari 2025 | 23:03

Opsen Pajak Diterapkan, Pemko Medan Langsung Pasang Target Rp784,16 Miliar

Minggu, 02 Februari 2025 | 22:47

Selengkapnya