Representative Images/Net
Taliban mendesak negara-negara Barat berhenti mengevakuasi dan memukimkan warga Afghanistan yang berpendidikan tinggi dan terampil ke luar negeri.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi, dengan mengatakan langkah tersebut dapat merugikan negaranya.
"Dunia harus mendengarkan pesan ini, bahwa mereka tidak boleh membuka (imigrasi) untuk warga Afghanistan di bawah kesan bahwa hidup mereka akan berisiko di sini," ujar Khan.
"Mereka seharusnya tidak melukai talenta Afghanistan, kader ilmiah Afghanistan, dan kebanggaan Afghanistan, dengan tidak membawa mereka keluar dari negara ini," tambahnya.
Pernyataan itu dikeluarkan oleh Taliban setelah laporan media mengungkapkan bahwa sekitar 400 orang, atau lebih dari separuh dosen di Universitas Kabul telah bermigrasi keluar dari Afghanistan, karena masalah keamanan, pembatasan, dan kesulitan ekonomi dan sosial lainnya di negara itu.
Ratusan profesional media juga telah meninggalkan Kabul, yang disebut sebagai salah satu kemunduran signifikan bagi kebebasan media di Afghanistan.
Mengutip
VOA News, Rabu (31/5), Amerika Serikat, Kanada, dan beberapa negara Eropa lainnya telah menampung lebih dari 150 ribu pengungsi dan pencari suaka Afghanistan sejak Taliban berkuasa di negara itu.
Selain itu, para masyarakat lainnya juga telah berusaha meninggalkan negara itu dengan perjalanan ilegal yang tidak jarang berbahaya dan mematikan, untuk menghindar dari rezim Taliban yang terkenal keras.
Menurut Badan Pengungsi PBB, jutaan warga Afghanistan tersebar di seluruh dunia sebagai pengungsi, pencari suaka, dan imigran terbanyak keempat di dunia, setelah Suriah, Venezuela, dan Ukraina.
Ketidakamanan, kemiskinan, pengangguran, dan harapan akan kondisi kehidupan yang lebih baik dianggap sebagai pendorong utama migrasi dari Afghanistan. Namun tindakan tersebut telah mengancam masa depan negara itu, karena Afghanistan secara signifikan telah kehilangan warga negaranya yang berpendidikan dan bertalenta untuk menjadi penerus bangsa.