Presiden Joko Widodo dan Presiden Keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono/Net
Cawe-cawe Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, dengan mengumpulkan 6 ketua umum Parpol pendukung pemerintahan, Selasa (2/5), mendorong Partai Demokrat angkat bicara.
Politikus Partai Demokrat, Cipta Panca Laksana, menjelaskan, jelang pelaksanaan Pilpres 2024, rezim telah menunjukkan secara gamblang, bahwa ada pengkondisian pemenangan bakal pasangan calon (Bapaslon) yang diendorse Jokowi.
Fenomena itu, menurutnya, berbeda dengan yang terjadi pada era pemerintahan Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang tidak memanfaatkan fasilitas negara dan jabatan untuk memenangkan Bapaslon tertentu.
"Masalah netralitas antara SBY dan Jokowi harus dilihat secara jernih. Apakah SBY sibuk menyiapkan koalisi dan Capres seperti Jokowi di Pilpres 2014? Tidak!" tegas Panca, melalui akun Twitternya, Rabu (10/5).
Menurutnya, agenda suksesi Pilpres 2014 saat SBY menjabat di periode kedua pemerintahannya dipastikan bisa membedakan antara kerja-kerja pemerintahan dan politik.
"Memang ketika itu ada konvensi partai untuk memilih Capres, tapi itu upaya partai, bukan pribadi SBY," sambungnya.
Sebab itu Panca memastikan SBY bertindak lebih baik daripada Jokowi dalam menyongsong Pilpres. Bahkan endorse Jokowi kepada figur Capres juga tidak dilakukan SBY.
"Apakah saat Pemilu 2014 SBY memberikan endorsement untuk memilih salah satu calon Presiden? Tidak," tegasnya.
"Apakah SBY menjelang Pemilu 2014 mendorong-dorong dan memuji para menteri dan Ketum Parpol bahwa mereka memiliki kans sebagai Capres dan Cawapres seperti Jokowi saat ini? Tidak," pungkasnya.