Sebuah kendaraan militer hancur di Khartoum pada hari Kamis/Net
Mesir berhasil membawa pulang pasukannya yang terdampar di Sudan utara dengan menggunakan tiga pesawat militer, menyusul pecahnya pertempuran antara tentara Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Juru bicara angkatan bersenjata Mesir tidak mengatakan berapa banyak orang di setiap kelompok yang dipulangkan, tetapi militer Sudan mengatakan 177 personel angkatan udara Mesir telah diterbangkan ke Mesir dari kota Dongola di Sudan utara.
Prajurit yang ditangkap oleh RSF, sementara itu, telah dibebaskan dan dibawa ke kedutaan Mesir di Khartoum.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan pembebasan dan pemindahan tentara ke kedutaan dilakukan dengan koordinasi dan kerja sama dari Uni Emirat Arab.
"Kedua negara menyatakan penghargaan mereka atas upaya yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional dalam mendukung keamanan tentara Mesir," kata kementerian tersebut, seperti dikutip dari
The National.Pertempuran di Khartoum antara tentara dan RSF berlanjut selama hari keenam pada Kamis setelah beberapa upaya gencatan senjata yang gagal.
Militer Mesir mengatakan tentara di kedutaan akan diterbangkan pulang segera setelah kondisi stabil dan keadaan keamanan memungkinkan.
Personel militer itu ditangkap ketika RSF menyerbu sebuah pangkalan militer di Sudan utara akhir pekan lalu. RSF pada Rabu mengatakan telah membawa orang-orang itu ke Khartoum.
Pernyataan militer Mesir Kamis mengatakan 177 pria yang diterbangkan pulang belum ditangkap oleh RSF, bertentangan dengan klaim militer Sudan.
Mesir mengatakan tentaranya mengambil bagian dalam misi pelatihan di bawah protokol militer yang ditandatangani dengan Sudan dan membantah bahwa pihaknya memihak dalam konflik tersebut.
Sebuah klip video yang diposting online minggu lalu menunjukkan para pejuang RSF memaksa sekelompok kecil tentara Mesir untuk merangkak tengkurap. Seorang anggota RSF terlihat memukul salah satu tentara dan terdengar melecehkan mereka.
Pemerintah Presiden Abdel Fattah El Sisi menjalin hubungan militer yang erat dengan Sudan setelah pencopotan kekuasaan mantan presiden Omar Al Bashir pada 2019.
Hubungan antara Kairo dan Khartoum sering bermasalah selama 29 tahun pemerintahan Al Bashir. Kedua negara tetangga itu sering mengadakan latihan perang bersama selama tiga sampai empat tahun terakhir.
Mesir secara tradisional memandang tetangganya di selatan sebagai perpanjangan dari lingkup keamanan nasionalnya.
Namun, upaya terbarunya untuk menjalin hubungan dekat dengan Khartoum sebagian dimotivasi oleh keinginan Kairo untuk menekan Ethiopia, yang sedang membangun bendungan di Sungai Nil yang menurut Mesir dapat membahayakan bagian vitalnya dari air sungai.
Panglima militer Sudan Jenderal Abdel Fattah Al Burhan telah mengunjungi Mesir setidaknya tiga kali sejak pencopotan Al Bashir.
Sementara komandan RSF Jenderal Mohamed Dagalo baru melakukan kunjungan satu kali dalam periode yang sama.