Berita

Ilustrasi jurnalisme/Net

Publika

Jurnalisme Malas

OLEH: ZACKY ANTONY*
MINGGU, 16 APRIL 2023 | 16:54 WIB

UNTUK apa jurnalisme itu ada? Tanya Bill Kovach dan Tom Rosentiel dalam bukunya Sembilan Elemen Jurnalisme. Jurnalisme ada untuk memenuhi hak-hak warga Negara. Jurnalisme ada untuk demokrasi. Bill Kovach menjawab pertanyaannya sendiri.

Hak warga adalah memperoleh informasi dan berita yang akurat dan benar. Bukan berita palsu, berita bohong atau berita rekayasa. Jurnalisme bukanlah saluran kebohongan. Bukan pula untuk kibul-kibulan. Tapi jurnalisme adalah penyuara kebenaran.

Dewasa ini, semakin banyak wartawan seperti kehilangan ruh jurnalisme. Banyak berita yang isinya mengelabui. Dari awal sampai akhir 100 persen mengutip Medsos. Ditambah bumbu-bumbu sedikit. Orientasi bukan untuk mencari kebenaran. Tapi cuma untuk mengejar view. Inilah jurnalisme malas (lazy journalism).


Lazy journalism mengandung ciri-ciri malas turun ke lapangan, malas menggali fakta, malas melakukan konfirmasi, malas melakukan verifikasi, malas melakukan check and recheck, malas membaca termasuk membaca berita sendiri, malas belajar, malas mengevaluasi berita dan hasil liputan, malas membaca kode etik dan seterusnya.

Jurnalisme kehilangan nikmatnya kata seorang teman. Saya mendengar sentilan itu dengan muka sedikit memerah. Ada perasaan tidak bahagia membaca berita-berita yang sebagian copy paste, bukan hasil liputan di lapangan yang mengharuskan wartawan bekerja keras.

Panduan bahwa peristiwa tidak ada di ruang redaksi sepertinya sudah lama ditinggalkan. Bahwa Anda harus turun ke lapangan kalau mau mendapatkan berita-berita besar. Itu dulu. Sekarang semua sudah berubah. Peristiwa bisa dicari di medsos.
Doktrin lazy journalism: cukup duduk di depan komputer atau laptop atau smartphone. Jelajahi media sosial. Buka tiktok, bukan instagram, buka facebook, buka whatssapp. Tonton apa yang sedang viral. Catat narasi dalam video viral tersebut. Lalu olah menjadi berita.

Masa bodoh apakah video itu hasil editan. Persetan narasinya menghakimi orang. Nggak penting untuk meminta konfirmasi. Enggak penting juga untuk mengejar narasumber yang asli. Yang penting bikin berita bersumber Medsos tersebut. Buat judul sedikit bombastis. Selesai.

Media sosial telah mengubah wajah jurnalisme kita. Bukan menjadi wajah lebih tampan, tapi di sana sini justru belepotan. Sehingga kurang sedap dipandang. Jurnalisme kini bukan lagi seorang gadis yang menjadi rebutan. Dia sudah semakin tua. Sangat tua. Dimakan zaman dan kepentingan. Sehingga perannya mulai tergantikan oleh yang muda.

Dua dekade terakhir, teknologi bertubi-tubi melahirkan inovasi. Media sosial adalah salah satu yang dilahirkan. Medsos menjelma seperti gadis muda yang diperebutkan banyak orang. Dan digunakan oleh jutaan orang di saat jurnalisme gelagapan merespon zaman.

Tidak kita jumpai lagi pemandangan loper koran di perempatan jalan. Saya lihat ibu-ibu yang dulu  kini beralih menjual tisu. Berita-berita pagi sudah digantikan informasi yang berseliweran di media sosial. Siang dan malam hari. Ngopi pagi sambil baca koran kini sudah digantikan ngopi pagi sambil buka handphone. Sambil ketawa ketiwi. Dan senyum-senyum sendiri.


*Penulis adalah Ketua Dewan Kehormatan PWI Provinsi Bengkulu

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya