Perempuan Afghanistan saat melakukan demonstrasi pada 2022 lalu/Net
Seluruh staf yang bekerja untuk misi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Afghanistan diminta untuk tetap berada di rumah, sampai Taliban dapat mengklarifikasi pernyataannya yang melarang staf perempuan bekerja.
Jurubicara PBB Stephane Dujarric mengecam pembatasan yang dilakukan Taliban terhadap staf perempuan PBB. Ia menegaskan PBB tidak bisa bekerja tanpa staf perempuan di dalamnya.
“Perempuan dan laki-laki Afghanistan sangat penting untuk semua aspek pekerjaan PBB di Afghanistan. Perempuan Afghanistan tidak akan tergantikan oleh laki-laki,†kata Dujarric, dimuat
VOA News pada Jumat (7/4).
Perintah pemecatan yang diserukan Taliban kepada perempuan yang bekerja di PBB merupakan pembatasan pertama kalinya sejak 1945 lalu, yang semakin mengancam hak-hak para perempuan untuk bekerja.
"Melarang perempuan Afghanistan untuk bekerja dengan PBB di Afghanistan adalah pelanggaran hak asasi manusia paling mendasar yang tidak dapat ditolerir," tulis Sekretaris Jenderal Antonio Guterres dalam cuitannya di Twitter.
Saat ini PBB sendiri menunggu pembicaraan dengan Taliban dan tengah menyelidiki seluruh dampak yang akan mereka dan pemerintah Afghanistan hadapi, ketika pembatasan kepada lebih dari 400 staf perempuan benar-benar diberlakukan oleh Taliban.
Menurut beberapa pihak, pembatasan tersebut dapat menangguhkan semua operasi kegiatan PBB, yang akan secara serius memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan di negara itu. Sebab sekitar 23 juta orang di Afghanistan tercatat membutuhkan bantuan kemanusiaan darurat.