Representative images/Net
Penyelundup utama yang memperdagangkan fentanil dari Meksiko ke Amerika Serikat (AS) adalah warga negara AS sendiri, bukan kartel atau masyarakat Meksiko.
Begitu yang disampaikan Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard pada Rabu (22/3), di tengah sentimen yang meningkat atas upaya saling tuduh antara kedua negara terkait maraknya perdagangan fentanil.
"Jumlah terbesar orang yang ditangkap dengan fentanil adalah warga negara AS. Mereka bukan migran dan bukan orang Meksiko. Inilah (kenyataannya)," kata Ebrard.
Pernyataan itu dikeluarkan oleh Ebrard ketika ia mengadakan pertemuan dengan jaksa di negaranya untuk melihat catatan pedagang fentanil yang pernah ditangkap di Meksiko.
Pernyataan yang dikeluarkan pemerintah Meksiko sejalan dengan temuan dari lembaga think tank AS, Cato Institute, yang mencatat pada 2021 lalu bahwa warga AS menyumbang sekitar 86,3 persen pengedar fentanil yang dihukum, dengan 90 persen penyitaan fentanil terjadi di titik perlintasan resmi.
Menurut lembaga itu, perdagangan obat terlarang terjadi karena lemahnya pengawasan oleh aparat keamanan AS kepada warga negaranya yang melintas di perbatasan, sehingga jalur itu digunakan sebagai tempat penyelundupan oleh warga AS.
Namun, seperti dimuat
Anadolu Agency, produksi fentanil yang diduga dilakukan di laboratorium Meksiko itu tetap disebut menjadi tantangan yang signifikan dalam perjuangan melawan perdagangan narkoba di negaranya.
Sejauh ini AS mencatat lebih dari 105.000 kematian pada tahun lalu, dengan pemerintah AS menyalahkan Meksiko yang dianggap tidak mengontrol dengan benar produksi fentanil dan kartel-kartel narkoba di negaranya, sehingga menyebabkan krisis fentanil di AS.
Tuduhan itu telah membuat pemerintah Meksiko marah, dan memicu hubungan kedua negara yang kini menjadi menegang karena fentanil.