Anggota Komisi VI DPR Nusron Wahid/RMOL
Untuk menjawab kebutuhan energi PT Pupuk Indonesia diusulkan memproduksi blue amonia. Sebab, saat ini PT Pupuk Indonesia hanya memproduksi pupuk dan amonia urea yang masuk dalam klaster pangan.
Usulan itu disampaikan anggota Komisi VI DPR Nusron Wahid saat rapat kerja Komisi VI DPR RI dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Senin (21/3).
Nusron berharap, Pupuk Indonesia dapat memproduksi
blue amonia untuk kepentingan energi karena lebih banyak menghasilkan nilai tambah. Selain itu, secara ekonomi gas jauh lebih menguntungkan, dibandingkan dibuat amonia urea dan pupuk.
"Tapi dengan catatan produksi pupuk untuk menopang ketahanan pangan tetap harus dijaga," demikian Nusron Wahid Senin (21/3).
Wakil Ketua Umum PBNU itu menjelaskan, ketahanan pangan tetap terjaga, namun demikian transformasi amonia urea menuju blue amonia tetap berjalan. Secara teknis, Nusron mengusulkan PT Pupuk Indonesia mengembangkan konsep nano fertelizer.
"Nano fertilizer pupuknya lebih hemat, hasilnya lebih bagus. Gasnya bisa lebih optimal digunakan untuk kepentingan blue amonia untuk menopang kepentingan
green and blue energy," kata Nusron
Pandangan Politisi Golkar ini, Indonesia dan dunia sedang menghadapi transisi energi menuju dekarbonisasi.
Atas dasar itu, PT Pupuk Indonesia sebagai salah satu BUMN harus turut berkontribusi merealisasikan hal itu. Tambah Nusron, dengan energi yang aman dan bersih dari fosil menunjukkan komitmen Indonesia terhadap energi terbarukan berbasis dekarbonisasi.
Nusron mencatat, saat ini PT Pupuk Indonesia memproduksi urea dan NPK sebanyak 15 juta ton per tahun. Selain itu, PT Pupuk Indonesia juga sedang membangun dua pabrik amonia di Aceh dan Bintuni Papua Barat.
"Daripada gas diekspor mentah. Memang harus dilakukan hilirasi. Ini akan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat karena
multiplier effect ekonomi yang tinggi dari industri petrokimia," kata Nusron.