Berita

Presiden Joko Widodo dan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono /Net

Publika

Benarkah AHY Menjadi Bagian Proxy Penundaan Pemilu?

OLEH: HERU SUBAGIA
SABTU, 11 MARET 2023 | 01:21 WIB

POLEMIK siapa yang akan menggantikan jabatan Menpora yang ditinggalkan Zainudin Amali terus bergulir. Politikus Golkar tersebut sudah menyerahkan surat pengunduran diri sebagai Menpora dan langsung diserahkan ke Menteri Sekretariat Negara, Pratikno, Kamis (9/3).

Alasan utama pengunduran Zainudin Amali sebagai Menpora ditengarai sebagai bagian pertanggungjawabannya setelah terpilih sebagai Wakil Ketua Umum PSSI dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada 16 Februari 2023.

AHY Kandidat Menpora


Pascapengunduran diri Zainudin Amali, mulai muncul isu bahwa Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), akan mengisi dan menjabat sebagai Menpora.

Ketua DPP Partai Golkar Dave Laksono angkat bicara dan merespon adanya isu Ketum Demokrat AHY berpotensi mengisi kursi Menpora. Dave mengatakan, keputusan menunjuk Menpora hak prerogatif Presiden Jokowi, Kompas (2/3).

Distribusi atau bagi-bagi  kekuasaan seperti jabatan menteri jika dipaksakan  justru akan semakin meresahkan. Apalagi bagi-bagi kekuasaan ini menjelang dilaksanakannya hajat nasional Pemilu 2024 yang akan memilih presiden (Pilpres) dan memilih Wakil Rakyat (Pileg).

Bagi-bagi kekuasaan secara brutal akan meruntuhkan ruh pemberlakuan pemerintahan yang demokratis. Berakhir hancurnya sistem pemerintahan yang kita anut yakni Trias Politika.

Semangat dan  ide bahwa sebuah pemerintahan yang berdaulat harus dipisahkan menjadi dua atau tiga kesatuan kuat yang bebas akan luntur, bahkan hilang.

Dengan proses politik berbagi kekuasaan tersebut menyebabkan sistem perimbangan kekuasaan menjadi labil bahkan akan padam. Kedaulatan parlemen di DPR tidak berlaku lagi.

AHY Jadi Proxy

Celaka sekali karena jatah posisi menteri tersebut dihadiahkan ke ketum partai, misalnya AHY dari Demokrat yang mendapatkan kue Menpora. Bisa jadi ini cara ampuh Jokowi untuk memindahkan lawan politiknya. Mereka akan menjadi satu frekuensi dan pada akhirnya menyetujui kemauan dan kehendak dari Presiden.

Pada kesimpulan akhir, bisa jadi tawaran jabatan Menpora ke AHY bagian legitimasi kolosal yang diinginkan di parlemen. Tanpa kecuali Demokrat akan tunduk dan mendukung isu Penundaan Pemilu.

Saat ini parlemen sudah dikuasai oleh pemerintah. Parpol koalisi pendukung pemerintah berjumlah 471 kursi atau menguasai 81,9 persen kursi parlemen. Komposisi kursi oposisi terus menciut hingga tersisa 104 kursi. Partai nonkoalisi pemerintah tersisa PKS 50 kursi dan Partai Demokrat 54 kursi, atau jika dijumlahkan dua partai tersebut jadi 104 kursi (17,1 persen).

Jika posisi Menpora akhirnya disetujui Jokowi dan AHY menerimanya, artinya Jokowi telah memenangkan permainan. Dan akhirnya kursi parlemen dikuasai nyaris sempurna oleh pemerintah, yakni menduduki 525 kursi atau 91,3 persen.

Mereka anggota dewan bukan lagi sebagai watchdog. Ditambah Demokrat ditarik masuk ke Kabinet Jokowi akan habislah partai yang berada di luar koalisi pro pemerintah.

Hanya akan tersisa PKS (64 Kursi DPR), itu saja kemungkinan akan terus digoda masuk kabinet, dapat jatah wakil menteri atau menjadikan sebagian besar elite PKS sebagai komisaris atau Duta Besar.

Lantas pertanyaannya, apa maksud dan tujuan Jokowi melakukan politik bagi-bagi kekuasaan, khususnya bagi Ketua Partai?

Kontrol dan Pengaruh

Bagi-bagi kekuasaan bagian strategi integrasi dan koordinasi serta pengendalian kepentingan yang sangat strategis. Bagi-bagi kekuasaan menjadi strategi menyatukan kelompok kepentingan untuk ditawarkan sebuah manifesto politik dan kebijakan untuk dicapai bersama.

Jokowi belum tuntas menjalankan manifesto politiknya, terutama yang mewakili oligarki atau gerbongnya. IKN dan proyek Kereta Api Cepat adalah bagian manifesto politik pemerintahan Jokowi.

Dari sudut pandang kepentingan trade off, bagi-bagi kekuasaan menjadi hal bersama yang membahagiakan dari sisi bisnis dan politik. Prediksi tunda pemilu 2-3 tahun menjadi preseden buruk dan tidak konstitusional. Namun penundaan pemilu hal yang menjijikan karena dipakai untuk skema transnasional politik dan ekonomi.

Melahirkan Gerakan Revolusi

Pada akhirnya bagi-bagi kekuasaan yang konstitusional melahirkan absolut politik dan ekonomi. Dan pada akhirnya terjadinya nihil-nilai dan praktik demokrasi. Praktik ini jika dibiarkan justru akan melukai dan menghancurkan rezim dan sekutunya.

Karena apa? Hukum alam akan bekerja, praktik kekuasaan mutlak (absolut) akan melahirkan sebuah revolusi sosial secara alami. Terlahir secara mandiri dan berjamaah.

Mereka bekerja tanpa ada komando atau amunisi fisik, hanya kekuatan moral dan lautan fisik jutaan manusia yang akan segera menumbangkan rezim dan koalisinya.

Tidak percaya? Silakan bagi-bagi kekuasaan tersebut dilakukan dan dalam waktu sesingkat-singkatnya rezim akan tumbang secara natural.

Penulis adalah Ketua DPD PAN Kabupaten Cirebon

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya