Aksi teror yang kerap dilancarkan oleh organisasi militan ISIS Khorasan (ISIS-K) dilaporkan terus menargetkan warga China yang tinggal di Pakistan dan Afghanistan.
Baru-baru ini misalnya, terjadi serangan teror di Hotel Longan di Kabul, Afghanistan. Hotel ini sering disebut sebagai Hotel China lantaran sering didatangi oleh pebisnis China.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin mengatakan lima warga negaranya terluka dalam serangan tersebut, kemudian menyerukan agar mereka segera meninggalkan Afghanistan karena masalah keamanan.
Di Pakistan, bisnis dan properti China yang bergerak dalam koridor Belt and Road Initiative (BRI) kerap diserang dan dihancurkan oleh kelompok militan.
Akibat meningkatnya masalah keamanan tersebut, Beijing dilaporkan mulai membatasi kehadiran diplomatik di Pakistan.
Para ahli sering melihat hubungan strategis antara bagaimana jaringan teroris ini menargetkan China dan BRI untuk melemahkan pemerintah daerah yang mereka lawan.
CEO Intel Onyx Intelligence Advisory dan spesialis kontra terorisme, Laith Alkhouri, mengatakan ISIS-K melihat penargetan terhadap warga negara dan proyek konstruksi China sebagai keuntungan ganda.
“Di satu sisi (mereka) mencetak poin serangan, di sisi lain itu adalah faktor untuk menumbuhkan basis radikal mereka," jelasnya, seperti dimuat
Nikkei Asia pada Selesa (7/3).
Taktik ini disebutnya konsisten dengan rencana ISIS yang lebih besar, yang menyerukan serangan pada waktu yang tepat dan memiliki nilai propaganda yang signifikan.
Selain itu, Alkhauri juga menilai ISIS-K memandang Beijing sebagai negara imperial atau kolonial yang kejam terhadap Muslim Uighur di Xinjiang China.
Pada saat yang sama, kebencian militan terhadap China juga muncul karena menganggap negara itu membantu otoritas regional yang tidak mereka setujui.