Berita

Ilustrasi kemajuan Jepang/Net

Suara Mahasiswa

Dualisme Jepang: Tradisionalisme dan Modernisme

OLEH: DIAN FITRIANI*
JUMAT, 17 FEBRUARI 2023 | 13:15 WIB

NEGERI sakura ini memang kerap kali membuat iri negeri tetangga. Selain terletak di Asia sebagai benua yang masih kaya dengan kultur tradisional, kemajuan teknologi Jepang tak ayal bisa menjadi saingan berat negeri-negeri maju di Eropa. Contohnya saja dalam industri kertas di Jepang.

Kertas khas Jepang yang dikenal dengan sebutan kertas 'Washi' ini cukup terkenal bahkan di kalangan eropa. Bagaimana tidak? Jepang 500 tahun lebih dulu memproduksi kertas dibandingkan orang Eropa kala itu.

Namun uniknya, cara pembuatan kertas washi masih sangat tradisional. Pada teknik nagashizuki misalnya, tikar penapis digerakkan ke atas, menggunakan tangan si pengrajin kertas dan menggerakkan ke bawah dan ke samping agar larutan bubur kayu menempel pada tikar penapis dan larutan bubur kayu yang berlebih kembali ke dalam air.

Rabu, 25 Januari 2023 lalu saya berkunjung ke museum kertas Ichigaya yang terletak di Kyoto, Jepang. Saya dipertontonkan tayangan singkat berdurasi 15 menit tentang sejarah kertas di Jepang hingga sampai sekarang penggunaan kertas yang masih produktif, minimalis, dan efesien.

Kenapa produktif? Sebab Jepang menggunakan kertas bukan saja sebagai bahan dasar buku, melainkan juga kimono, alas tidur, hingga pelapis dinding. Kertas washi juga dinilai minimalis dan efisien. Bukan saja dari bentuknya yang lebih tipis, namun juga lebih kuat dan berserat.

Selain lebih ringan dari kertas biasanya, kertas washi juga tahan lama sehingga berguna sebagai komoditas perlengkapan rumah yang digunakan dalam jangka waktu panjang.
 
Yang menarik dari modernisasi Jepang adalah konservatif dalam tradisi, namun inklusif dalam kemajuan adalah dua hal yang saling bersisian dengan satu sama lainnya, namun dapat dengan simultan dimanifestasikan dengan baik. Meskipun seringkali negeri-negeri di Asia mendapatkan stereotip tentang tertinggal dari negeri barat, namun justru Jepang dapat membantah semuanya.

Keunggulan budaya lokal yang kuat tentu yang tidak dimiliki oleh negeri-negeri barat. Meski cenderung memiliki penduduk yang homogen, akan tetapi kultur tradisional Jepang patut diakui dunia.

Selain itu, kemajuan teknologi Jepang tidak perlu diragukan. Seluruh dunia tentu sepakat bahwa kemajuan industri dan manufaktur Jepang patut diacungkan jempol. Bila kita hitung misalnya, di Indonesia sendiri berapa banyak produk elektronik merek Jepang yang masif dikonsumsi oleh penduduk Indonesia? Sony, Sharp, Panasonic, NEC, Toshiba, dan lain-lain.

Kendaraan bermerek Jepang pun sangat memenuhi pasar otomotif. Di Indonesia, kita mengenal Honda, baik kendaraan beroda empat ataupun roda dua, bahkan menjadi konsumen terbesar melebihi negeri produsennya sendiri.

Belum lagi merek lainnya seperti Yamaha, Kawasaki, Suzuki, Mitsubishi, dan lain-lain. Produsen otomotif asal Asia ini bukan hanya menjadikan Indonesia sebagai sasaran pasar, tetapi juga Eropa dan Amerika produk asal Jepang ini cukup banyak diminati.

Jepang dan Industri Hiburan

Siapa yang tidak tahu dengan anime? Tentu hampir seluruh jagat raya mengetahui atau setidaknya mereka yang memiliki televisi di rumah dengan hiruk-pikuk lagu opening anime yang disetel pagi hari melalui televisi.

Dari anak-anak hingga dewasa masih terngiang serial anime yang hadir mengisi jadwal minggu pagi di salah satu channel televisi, Doraemon misalnya. Yang telah di-dubbing dengan berbagai bahasa.
 
Terlebih semakin canggih teknologi, industri hiburan semakin pesat dan masif. Meski bersaing dengan industri hiburan asal Korea Selatan, namun penggemar dari anime ini selalu hadir mewarnai dunia hiburan. Munculah istilah otaku, wibu, waifu, dan lain-lain.
 
Industri hiburan Jepang bahkan dimulai sejak 1907, mendahului negeri Eropa kala itu. Dimulai dari anime 2D yang menguasai pasar hiburan hingga manga hitam putih yang bahkan di dunia digital saat ini masih saja digandrungi.

Bayangkan saja, ketika saya berkunjung ke Jepang, banyak dari turis lainnya tak ragu berburu marchandise anime yang harganya berkisar dari seribu hingga puluhan ribu yen. Tidak main-main kalau dirupiahkan bisa jutaan.

Maka industri hiburan Jepang bukan sekadar hiburan semata, tapi juga tentang propaganda kultur Jepang. Upaya ini dinilai menarik wisatawan asing yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi lewat manajemen pariwisata. Tentu saja industri hiburan juga diuntungkan dari agensi, produsen hingga studio anime dan manga sangat diuntungkan dalam hal ini.

Budaya-budaya Jepang yang mulai dikenal masyarakat dunia melalui anime dan manganya tentu saja dinilai efektif, belum lagi hal ini juga menjadi poros dunia hiburan saat ini yang tentu saja berpengaruh pada opini publik tentang Jepang.

Dampaknya? Tentu saja ini bukan hanya tentang masyarakat sebagai konsumen dari produk hiburan asal negeri sakura ini, tapi hal yang lebih fundamental adalah teknik soft diplomasi. Teknik ini akan lebih mudah diterima oleh negara-negara power lainnya.

Mereka politisi global bisa saja bagian dari penggemar anime, akan lebih menaruh empati serta respect yang tinggi pada negeri produsen anime ini. Maka anime bukan sekadar hiburan yang berupa tontonan, tapi juga alat daya tarik politik yang kuat.

*Mahasiswi Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya