Mantan calon wakil presiden, Sandiaga Uno/Net
Kisah pengkhianatan terhadap Prabowo Subianto kembali menyeruak jelang Pilpres 2024. Kisah ini tidak jauh berbeda dengan tahun 2014 lalu, di mana Prabowo ditikung oleh orang yang didukungnya dalam pilkada DKI Jakarta.
Namun di tengah cerita pengkhianatan tersebut, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Demokrat, Rachland Nashidik mengungkap kisah menarik jelang Pilpres 2019 lalu. Tepatnya di saat partai-partai sedang aktif mencari kawan koalisi.
Pada suatu sore, Rachland mengaku hadir dalam pertemuan tertutup di sebuah hotel di Jakarta Selatan. Dia bersama tim bertemu dengan pihak-pihak yang mengaku menjadi wakil dari Sandiaga Uno.
“Ini beberapa bulan menuju pendaftaran Capres-Cawapres, jadi harusnya masih di tahun 2018. Pilpres berlangsung pada April 2019,†ujarnya lewat akun Twitter pribadi, Sabtu (11/2).
Cerita ini menarik lantaran dalam pertemuan itu yang menjadi isu penting adalah perihal niat dan upaya Sandiaga menjadi calon presiden dari Partai Gerindra. Bagi Rachland, niatan tersebut merupakan informasi yang dahsyat.
“Bukankah komunike resmi partai selalu mengumandangkan Pak Prabowo sebagai Calon Presiden? Apa ini?
Internal power struggle?†tuturnya keheranan.
Meski demikian, Rachland memastikan Demokrat tidak mau terlibat dalam gejolak internal partai lain. Demokrat hormati kedaulatan partai itu sendiri untuk menyelesaikan.
“Lagi pula, Sandiaga mau dongkel Prabowo? Wow. Kalau pun benar, purnawirawan Letnan Jenderal TNI Prabowo pasti tak akan tinggal diam,†sambungnya.
Terlepas dari itu, Rachland bersama tim merasa tidak enak hati saat ditanya kemungkinan dukungan pada rencana Sandiaga. Demokrat akhirnya memilih pasif dengan pertimbangan, menghormati kerjasama Gerindra tapi masih menunggu keputusan resmi pencapresan dari partai tersebut.
Padap pertemuan selanjutnya yang terjadi dua bulan kemudian, Sandiaga datang sendirian dan meminta cerita lama tersebut dikubur. Dia merasa Prabowo sudah sangat kuat, terlebih setelah mendapat dukungan dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Kita tahu apa kemudian terjadi. Partai Gerindra mengusung Prabowo Calon Presiden. Adapun Sandiaga: ia jadi Calon Wakil Presiden. Kok bisa? Padahal, mereka berdua kader dari partai yang sama. Kenapa partai anggota koalisi rela lepas haknya? Cuma Sandiaga yang tahu resepnya,†tutupnya.