Berita

Ilustrasi/Net

Dahlan Iskan

Polda Bobol

JUMAT, 03 FEBRUARI 2023 | 05:13 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

"Allahu Akbar..." imam pun memulai salat duhur dengan gerakan takbiratul ikram, Senin lalu. Sekitar 300 jamaah berbaris di belakang sang imam. Mereka lagi khusuk-khusuknya berkonsentrasi ingin menghadap Allah.

BLAAAARRRR....!!!

Bom besar meledak. Persis di barisan pertama di belakang imam. Ruang dalam masjid itu hancur. Lebih 100 orang meninggal, hanya tiga yang bukan polisi. Lebih banyak lagi yang luka-luka: 220 orang.

Masjid itu memang masjid polisi. Di dalam markas polisi. Semacam di Mapolda. Detasemen antiteror pun bermarkas di situ. Dilengkapi pula asrama polisi. Sekitar 600 polisi tinggal di asrama itu.

Begitu banyak polisi yang salat duhur berjamaah. Tepat waktu pula: 13.30 waktu Pakistan. Hanya sedikit yang agak telat. Mereka masih ambil air wudu: berkumur, cuci muka, cuci tangan, cuci lubang hidung dan telinga, membasahi rambut dan cuci kaki.

Mereka yang sedang wudu itu terlempar sampai ke halaman. Bom itu begitu dahsyatnya: 12 kg.

Semua itu terjadi di Peshawar, kota paling dekat dengan perbatasan Afghanistan. Peshawar kota transit menuju bagian selatan Afghanistan.

Bom meledak di Peshawar bukan barang baru. Tapi bahwa bom itu meledak di markas polisi, di masjid pula, sulit di mengerti: bagaimana pengebom membawa amunisinya masuk ke markas polisi.

Memang peristiwa mirip itu pernah terjadi di markas polisi di Indonesia. Di masjid juga: masjid Polres Cirebon. Korbannya juga polisi: 25 orang terluka, termasuk kapolresta Cirebon. Tidak ada yang meninggal di peristiwa tahun 2019 itu.

Tidak sulit menebak siapa pelaku bom di masjid Mapolda Peshawar itu: Tariq Taliban Pakistan (TTP). Tahun lalu pimpinan baru TTP sudah mengeluarkan fatwa: "musuh kita adalah polisi dan pemerintah Pakistan". Sang Amir, Noor Wali Meshud, melarang tentaranya menyerang sasaran sipil. Tujuannya: untuk memperbaiki citra TTP yang bengis.

Dari nama belakangnya, Meshud, Noor Wali adalah etnis Pashtun suku Meshud. Yakni suku minoritas yang dominan di wilayah tenggara Afghanistan. Mereka ini menghendaki provinsi Waziristan dan tetangganya merdeka. Noor Wali berumur 45 tahun. Ia menggantikan Amir sebelumnya yang tewas ditembak polisi. Bom masjid Polda ini semacam tindakan balas dendam.

Di zaman pemerintahan Imran Khan yang juga suku Pashtun, hubungan pemerintah Pakistan dan TTP membaik. Ledakan senjata mereda. Mereka sepakat genjatan senjata.

Pemerintah Pakistan berganti. Gencatan senjata berakhir. Tidak ada perpanjangan masa gencatan senjata. Ketegangan baru pun memanas di sepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan.

Pemerintah Pakistan tentu minta tolong pemerintah Taliban di Kabul: agar melunakkan sikap mereka. Tapi pemerintahan Taliban menolak. Sama-sama bernama Taliban keduanya justru bermusuhan.

Tazzz Amerika.

TTP sendiri awalnya mengaku bertanggung jawab atas bom di masjid Polda itu. Beberapa menit kemudian pernyataan itu dicabut. Pelakunya adalah salah satu faksi dalam TTP: Huzaifa, 25 tahun. Kepalanya ditemukan dengan tubuh berserakan di dalam masjid.

Memang mengherankan bagaimana Huzaifa bisa masuk markas Polda itu. Padahal penjagaan ketat. Pintu masuk hanya satu. Pemeriksaan sangat teliti.  

Itu bukan Polda biasa. Itu Polda terpenting. Termasuk pusat security Koridor Ekonomi Pakistan-Tiongkok pun berpusat di Polda ini. Koridor itu memang melewati wilayah provinsi Khybar ini, menuju pelabuhan Gwardar di pantai Samudra Hindia.

Pakistan adalah control negara yang punya begitu banyak persoalan. Tidak punya sumber energi. Makannya roti tapi tidak punya terigu. Ia punya kapas tapi harganya kian merosot: terlalu banyak pengganti kapas yang lebih murah.

Pakistan yang Islam kian jauh saja tertinggal dari India yang Hindu. Dua-duanya sangat fanatik beragama. Tunggal siapa yang lebih punya masa depan. Toh tidak mungkin keduanya bersatu kembali.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya