Berita

Para Pekerja menyortir kepompong murbei di Resham Khana, Srinagar, Jammu dan Kashmir/Net

Dunia

Dukung Proyek Pengembangan Industri Sutra, Pemerintah J&K Gelontorkan Dana Hingga Rp 168 Miliar

RABU, 18 JANUARI 2023 | 13:14 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Proyek ambisius yang dibangun untuk memajukan industri sutra di wilayah Jammu dan Kashmir (J&K) telah memperoleh persetujuan dari pemerintah setempat pada Minggu (15/1).

Pemerintah J&K akan mengalokasikan dana hingga 91 kror rupee atau Rp 168 miliar untuk merevitalisasi produksi sutera dengan melibatkan teknologi canggih di dalam prosesnya.

Direktur Serikultur J&K, Manzoor Qadri, mengatakan proyek itu akan memungkinan para petani menanam satu juta tanaman murbei sebagai pakan ulat.

Bahan pakan ulat lainnya seperti cacing chawki akan diperbanyak dengan membangun 100 pusat pemeliharaan chawki baru.

Langkah-langkah itu, disebutnya akan membantu meningkatkan produksi benih ulat sutera dari 800 ribu menjadi 1,6 juta.

Sehingga, kata Qadri, hasil kokon, atau bahan pembuatan benang sutera juga ikut meningkat dari 700 MT menjadi 1350 MT.

Qadri sangat yakin proyek ini akan memberi lapangan kerja bagi 7000 petani ulat sutera baru dan pengembangan keterampilan 15000 petani yang ada.

Asisten Profesor SKUAST-Kashmir Firdose Ahmad Malik yang ikut menyusun proyek tersebut mengatakan Dukungan pemasaran dan nilai tambah juga diciptakan melalui pendirian perusahaan bernilai tinggi berupa Automatic Reeling Machine (ARM).

Firdose menyebut mesin canggih yang disediakan akan mendukung petani dalam memproduksi sutra berkualitas internasional dengan harga yang lebih baik.

Serikultur atau produksi sutera memiliki sejarah dan pasar yang telah lama berdiri, baik lokal maupun asing, di Jammu dan Kashmir.  

Wilayah ini terkenal dengan sutra bivoltin berkualitas tinggi dan berpotensi menjadi pusat penghasil sutra utama di negara ini.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, industri ini telah menghadapi tantangan untuk mengembangkan dan modernisasi produksinya agar dapat bersaing dengan produk di luar negeri.

Kurangnya akses ke teknologi modern dan banyaknya petani yang masih menggunakan metode produksi sutera tradisional, membuat hasil produksi lebih sedikit dan kualitas standar.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Sehari Usai Pencoblosan, Pj Gubernur DKI Lantik Walikota Jakpus

Kamis, 28 November 2024 | 22:00

Timses Zahir-Aslam Kena OTT Dugaan ‘Money Politik’ di Pilkada Batubara

Kamis, 28 November 2024 | 21:51

Polri Perkuat Kerja Sama Bareng Dukcapil Kemendagri

Kamis, 28 November 2024 | 21:49

KPK Tahan 3 Ketua Pokja Paket Pekerjaan Perkeretaapian DJKA

Kamis, 28 November 2024 | 21:49

Firli Bahuri Tak Hadiri Pemeriksaan Polisi karena Ada Pengajian

Kamis, 28 November 2024 | 21:25

Ini Kebijakan Baru Mendikdasmen Untuk Mudahkan Guru

Kamis, 28 November 2024 | 21:22

Rupiah Terangkat Pilkada, Dolar AS Masih di Rp15.800

Kamis, 28 November 2024 | 21:13

Prabowo Menangis di Depan Ribuan Guru Indonesia

Kamis, 28 November 2024 | 21:11

Pengamat: RK-Suswono Kalah karena Meremehkan Pramono-Doel

Kamis, 28 November 2024 | 21:04

Perbaiki Tata Ekosistem Logistik Nasional, Mendag Budi Sosialisasi Aturan Baru

Kamis, 28 November 2024 | 21:02

Selengkapnya