Berita

Menteri Luar Negeri Serbia Ivica Dacic/Net

Dunia

Serbia: Kesepakatan Brussel Sama Menipunya dengan Kesepakatan Minsk

SABTU, 14 JANUARI 2023 | 06:46 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Eskalasi yang baru-baru ini meningkat antara Serbia dan Kosovo disebut-sebut ada hubungannya dengan upaya damai yang ditengahi negara-negara Barat sebelumya.

Menteri Luar Negeri Serbia Ivica Dacic pada Jumat (13/1) mengungkapkan, kesepakatan Brussel 2013 yang ditengahi Uni Eropa antara Beograd dan Kosovo sama menipunya dengan perjanjian perdamaian Minsk tahun 2014-2015 yang gagal yang dirancang untuk mengakhiri pertumpahan darah di Ukraina.

Pasukan Serbia meninggalkan Kosovo pada 1999 setelah NATO membom negara itu untuk mendukung pemberontakan bersenjata Albania. Penjaga perdamaian blok telah ditempatkan di wilayah tersebut sejak saat itu.


Kosovo kemudian mendeklarasikan kemerdekaan dari Beograd pada 2008. Namun, Serbia, dengan dukungan Rusia dan China, telah menolak tekanan AS dan UE untuk mengakui kemerdekaan tersebut.  

Pejabat Serbia menuduh pihak berwenang Kosovo melanggar kesepakatan yang dimediasi Brussel dengan mengerahkan unit polisi bersenjata lengkap untuk memadamkan protes Serbia di bagian utara wilayah tersebut.

“Kami tidak terlalu senang dengan Perjanjian Brussel. Itu adalah niat baik Beograd,” kata Dacic kepada Serbia Prva TV setelah pertemuan dengan Derek Chollet, seorang penasihat di Departemen Luar Negeri AS.

“Tapi kemudian ternyata itu adalah kebohongan besar, seperti halnya Perjanjian Minsk," ujarnya.

Menurutnya, ia telah mengatakan kepada Chollet bahwa tidak ada seorang pun di Serbia yang akan menerima kemerdekaan Kosovo dan Metohija.

Ia kemudian menuntut Barat agar bisa menekan Kosovo dan memberikan jaminan untuk keselamatan warga Serbia.

Kesepakatan Minsk yang ditengahi oleh Perancis, Jerman dan Rusia dimaksudkan untuk menciptakan jalan bagi reintegrasi damai Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk ke Ukraina.

Namun, perjanjian itu tidak pernah dilaksanakan, dan bahkan mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko mengakui tahun lalu bahwa kesepakatan itu memungkinkan Kyiv mengulur waktu untuk membangun kembali militer dan ekonominya.

Pernyataan itu lalu diperkuat oleh penyataan terpisah mantan Kanselir Jerman Angela Merkel dan mantan Presiden Prancis Francois Hollande.

Pada akhirnya, Rusia mengutip kegagalan Kyiv untuk mengimplementasikan kesepakatan Minsk sebagai salah satu alasan untuk melancarkan operasi militernya di Ukraina pada akhir Februari.

Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa pernyataan baru-baru ini oleh para pemimpin Barat telah menunjukkan bahwa mereka tidak berniat memenuhi bagian mana pun dari perjanjian Minsk.

Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan, ia dan orang-orang Serbia akan menarik pelajaran dari nasib kesepakatan Minsk.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya