Misi NATO di Kosovo (KFOR)/Net
Permintaan Serbia untuk mengirim pasukan hingga 1000 personel ke Kosovo, mendapat penolakan dari Misi NATO di Kosovo (KFOR).
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Serbia Aleksandar Vucic dalam konferensi persnya pada Minggu (8/1).
"Mereka (KFOR), menjawab dengan mengatakan tidak perlu mengembalikan tentara Serbia ke Kosovo,†ungkap Vucic, seperti dimuat
Al-Jazeera.Padahal menurutnya, penempatan pasukan keamanan di wilayah Kosovo sangat diperlukan, terlebih setelah serentetan bentrokan yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Resolusi DK PBB juga, disebut Vucic telah mengizinkan Serbia untuk menempatkan personelnya di perlintasan perbatasan, situs keagamaan Kristen Ortodoks, dan area dengan mayoritas Serbia setelah disetujui KFOR.
Meski begitu, Vucic sangat kecewa karena KFOR baru memberi tahu Serbia keputusannya pada malam Natal Kristen Ortodoks, padahal pengajuan telah mereka lakukan sejak bulan lalu.
Presiden Serbia itu kemudian menuduh NATO dan Barat lebih berpihak kepada Kosovo dibandingkan dengan negaranya.
"Barat tidak khawatir tentang melukai anak laki-laki Serbia. Saya tidak mengharapkan jawaban yang berbeda dari KFOR," tegasnya.
Ketegangan baru-baru ini terjadi saat dua pemuda Serbia di dekat kota Shterpce dinyatakan terluka setelah diserang seorang tentara yang tidak sedang bertugas pada malam Natal Kristen Ortodoks.
Pemuda Serbia lainnya di Kosovo juga dilaporkan telah diserang dan dipukuli oleh sekelompok orang Albania pada Sabtu pagi (7/1), saat dia kembali dari gereja.
Kosovo memisahkan diri dari Serbia pada tahun 2008 setelah perang 1998-1999 di mana NATO membom Republik Federal Yugoslavia, yang terdiri dari Serbia dan Montenegro, untuk melindungi Kosovo yang mayoritas penduduknya Albania.
Setengah dari etnis Serbia tinggal di utara dan sebagian besar menolak untuk mengakui kemerdekaan Kosovo.
Sebagian besar lainnya, di bagian lain negara termasuk Shterpce, mengakui pemerintah Kosovo dan berpartisipasi dalam kehidupan politik.