Pemimpin Al Qaeda, Ayman Al-Zawahiri/Net
Meski telah diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, kematian pemimpin Al Qaeda Ayman al-Zawahiri tidak pernah diakui oleh kelompok tersebut. Bahkan hingga saat ini, Al Qaeda belum menunjuk pemimpin baru.
Sebaliknya, baru-baru ini, Al Qaeda gencar menyiarkan video tak bertanggal yang menampilkan wajah Zawahiri sedang berpidato dan menyampaikan seruan bagi para pengikutnya.
Video tersebut seolah-olah menunjukkan bahwa pemimpin Al Qaeda itu masih ada dan pengumuman AS menjadi sangat diragukan kebenarannya.
Para ahli dan peneliti yang mendalami kegiatan kelompok ekstremis itu, sangat aneh melihat respon Al Qaeda selama lima bulan terakhir.
"Ini benar-benar aneh," kata Direktur Lembaga Pemikir Proyek Kontra-Ekstremisme Hans-Jakob Schindler pada Selasa (3/1).
Menurutnya sebuah jaringan, terlebih organisasi transnasional seperti Al-Qaeda biasanya terpusat dan tidak bisa bekerja tanpa pemimpin.
"Sebuah jaringan hanya bekerja dengan seorang pemimpin. Anda membutuhkan seseorang di mana semuanya menyatu," jelas Schindler, seperti dimuat
France 24.
Schindler kemudian mengatakan beberapa peneliti sebagian besar meyakini Zawahiri masih hidup dan saat ini berada di Iran.
"Zawahiri merupakan aset bagi Iran, mereka dapat menyerahkanya ke AS atau mengizinkannya menetap untuk mempersiapkan diri menyerang Barat," ungkapnya.
Sejalan dengan itu, peneliti seperti Raffaello Pantucci dan Kabir Taneja pada awal Desember lalu menyebut kemungkinan AS salah soal kematian Zawahiri.
Menurut Pantucci dan Taneja, sikap diam Al Qaeda atas kematian Zawahiri disinyalir karena mereka mendapatkan tekanan dari Taliban.
"Sikap Taliban yang tidak mengkonfirmasi kehadiran Zawahiri di Afghanistan atau mengakui kematiannya, diperlukan untuk mengelola hubungan yang rapuh dengan negara lain," jelasnya.
Kemungkinan lain soal kematian Zawahiri, menurut Pantucci dan Taneja adalah ia saat ini tengah bersembunyi untuk menghindari nasib buruk pendahulunya, yakni Osama Bin Laden.
"Zawahiri tidak pernah mencoba meniru karisma dan pengaruh bin Laden dan hanya memainkan peran kunci dalam mendesentralisasikan kelompok tersebut," ungkap mereka.
Seorang ahli Al Qaeda yang berbasis di AS, Barak Mendelsohn mengatakan sulit untuk mengetahui mengapa kelompok itu sangat lama mengumumkan pemimpin baru, tetapi menurutnya itu tidak begitu penting.
"Itu (pemimpin) adalah simbol pemersatu kelompok lintas batas, tetapi relevansi operasionalnya rendah," kata Barak.
Senada dengan pendapat Barak, seorang peneliti di International Center for the Study of Radicalisation, Tore Hamming mengatakan Al Qaeda tidak perlu memiliki pemimpin simbolis untuk berbicara atas nama kelompok tersebut.
Hamming melihat pola penunjukkan pemimpin kelompok ISIS yang sembunyi-sembunyi kemungkinan sama dan bisa diterapkan pada Al-Qaeda.
"ISIS memilih khalifah baru, tetapi tidak ada yang tahu siapa mereka dan tidak pernah mendengar kabar dari mereka. Namun pengikut mereka tetap setia," jelasnya.