Pemimpin oposisi Belarus, Svetlana Tikhanovskaya/Net
Kondisi Belarus saat ini diklaim tengah berada di bawah kekuasaan militer Rusia sejak Alexander Lukashenko menjabat sebagai Presiden.
Melihat situasi ini, pemimpin oposisi Belarus, Svetlana Tikhanovskaya meminta bantuan kepada Uni Eropa dengan melakukan pertemuan dengan sejumlah menteri luar negerinya di Brussels pada Senin (14/11).
"Saya harus mengatakan bahwa Belarus secara de facto berada di bawah pendudukan militer Rusia," kata Tikhanovskaya, seperti dimuat
AFP.
Tikhanovskaya menyebut bukan Lukashenko yang mengendalikan kehadiran pasukan Rusia atau bahkan mengizinkan penempatan peralatan militer Moskow di Belarus.
"Dia hanya harus setuju dengan segalanya karena dia tahu bahwa tanpa dukungan (Presiden Rusia Vladimir) Putin, dia tidak akan bertahan secara politik di Belarus," jelasnya.
Untuk itu Tikhanovskaya mendesak para menteri UE untuk tidak mengabaikan penindasan yang sedang berlangsung di Belarus karena terlalu berfokus pada perang di Ukraina.
"Situasi di Belarus semakin memburuk. Saya harus mengatakan jumlah tahanan politik meningkat, penahanan terus berlanjut dan orang-orang dijatuhi hukuman bertahun-tahun penjara," kata Tikhanovskaya.
Tak ingin warga negaranya lebih menderita karena diharuskan berperang bersama Putin, Svetlana meminta komitmen UE untuk membantu negaranya keluar dari jeratan rezim.
"Kami meminta dunia untuk gigih, konsisten dan tidak mentolerir kediktatoran, dan tidak memaafkan serta melupakan apa yang telah dan terus dilakukan rezim," tegasnya.
Pemimpin oposisi Tikhanovskaya, tinggal di pengasingan setelah tindakan brutal Lukashenko terhadap para demonstran yang melakukan protes untuk menuntut hasil pemilihan pada 2020 lalu.
Secara tak terduga, Tikhanovskaya dikalahkan Lukashenko dalam pemilihan dengan surat suara yang secara luas dianggap dicuri oleh komunitas internasional.