KTT ASEAN Ke 40 dan 41 di Kamboja pada Kamis (10/11)/Ist
Ketegangan militer di Myanmar yang tak kunjung selesai, akan dibahas secara khusus dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN (KTT) ke-40 dan 41, yang digelar di Phnom Penh, Kamboja pada 10 hingga 13 November mendatang.
Dalam konferensi pers yang disiarkan secara virtual pada Kamis (10/11), Menteri luar negeri Retno Marsudi menyebut kasus Myanmar akan dibahas ASEAN dalam sesi retreat.
"Pada sesi retreat akan ada dua isu besar yang dibahas dengan pihak luar, termasuk tantangan yang dihadapi oleh ASEAN dan masalah Myanmar," jelasnya.
Retno menekankan jika Myanmar tidak boleh menghambat perkembangan ASEAN.
Untuk itu, ia berharap para pemimpin ASEAN dapat mengambil sikap dan langkah yang tepat dalam merespon situasi di Myanmar.
Terlepas dari kekecewaan ASEAN atas tidak adanya kemajuan dari Five-Point Consensus oleh pemerintah Myanmar, Retno yakin jika ASEAN akan tetap mencarikan jalan keluar bagi warga di sana.
"Saya yakin, ASEAN akan tetap memberikan prioritas untuk membantu rakyat Myanmar termasuk melalui bantuan kemanusiaan," ujarnya.
Untuk mempersiapkan retreat para pemimpin ASEAN, Retno mengatakan jika para menteri luar negeri akan kembali bertemu pada 10 November di siang hari guna membahas rekomendasi yang akan disampaikan kepada para presiden untuk didiskusikan keesokan harinya.
Bertempat di Kamboja, KTT ASEAN ke-40 dan 41 tersebut akan dihadiri oleh para pemimpin negara anggota dan mitra internasional serta dilakukan dengan dua sesi yakni plenary dan retreat.
Terdapat lebih dari 20 pertemuan dan kegiatan yang akan dihadiri oleh presiden, ditambah empat pertemuan bilateral yaitu dengan PM Singapura, Presiden Dewan Eropa, Sekjen PBB dan Presiden Asian Development Bank.