Berita

Arash-2/Net

Dunia

Drone Terbaru Iran Mampu Menyerap Informasi Sebelum Menghancurkan Targetnya

SELASA, 13 SEPTEMBER 2022 | 07:19 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Perselisihan antara Iran dan Israel nampaknya akan semakin panas setelah Iran mengaku sedang mengembangkan 'drone bunuh diri'  terbaru. Pesawat tak berawak ini dirancang khusus untuk menyerang kota-kota pesisir terbesar negara itu seandainya terjadi konflik terbuka.

Hal itu terungkap dalam wawancara kepala pasukan darat Iran, Brigadir Jenderal Kioumars Heydari dengan saluran Iran IRIB TV1.

Heydari mengungkapkan bahwa Teheran telah mengembangkan pesawat tak berawak Arash-2, yang merupakan versi terbaru dari kendaraan udara tak berawak bunuh diri jarak jauh (UAV) Arash-1.

"Iran telah mendesain khusus drone ini untuk menargetkan Haifa dan Tel Aviv," kata Heydari, menggembar-gemborkan generasi berikutnya dari UAV ini sebagai tak tertandingi, seperti dikutip dari AFP, Selasa (13/9).

Dia juga mengatakan bahwa militer negaranya menunggu perintah untuk menyebarkannya suatu hari nanti.

Jenderal Heydari melanjutkan untuk menggambarkan fitur Arash-2, mengatakan bahwa kemampuan uniknya memungkinkannya untuk mengambil informasi beberapa kali sebelum menyerang dan menghilangkan target yang ditentukan.

Heydari menambahkan bahwa drone itu telah ditambahkan ke inventaris militer dan berjanji untuk menunjukkan potensinya selama latihan militer di masa depan.

Pendahulu drone baru ini, yaitu Arash-1, memiliki kemampuan untuk menempuh jarak lebih dari 1.400 kilometer sebelum mencapai targetnya dan dapat menghindari deteksi radar.

UAV tersebut dikatakan memiliki panjang 4,5 meter dengan lebar sayapnya diperkirakan antara 3,5 dan empat meter. Desain drone juga memungkinkannya menghemat bahan bakar.

Iran dan Israel telah lama berselisih, dengan program nuklir Teheran menjadi salah satu poin utama pertikaian.

Meskipun Iran bersikeras bahwa niatnya damai, Tel Aviv khawatir bahwa Teheran pada akhirnya dapat memperoleh senjata nuklir meskipun ada kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada tahun 2015 oleh AS, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, China, Uni Eropa, dan Iran.

Israel juga secara luas diyakini berada di balik serangan rahasia terhadap kemampuan penelitian nuklir Iran dan pembunuhan beberapa ilmuwan Teheran.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya