Presiden Iran Ebrahim Raisi/Net
Rakyat Iran hidup bukan dari gunjingan. Bahkan, senyuman atau cemberutan orang lain tidak mempengaruhi komitmen Iran untuk tetap pada kebijakannya, terutama soal negosiasi nuklir
Presiden Iran Seyyed Ebrahim Raisi mengatakan Teheran hidup dalam komitmen yang kuat. Pemerintahannya juga tidak terikat pada pandangan atau pengaruh pihak mana pun.
“Kerut atau senyum orang lain tidak penting bagi kami. Kami akan melanjutkan kemajuan dan pembangunan negara dengan kekuatan,†katanya, seperti dikutip dari
Fars News, Minggu (14/8).
Meskipun Iran berada di bawah ancaman dan sanksi musuh, pemerintahannya telah mengumumkan dan membuktikan bahwa hal itu mempengaruhi langkah negaranya untuk terus maju dan menyelesaikan masalah ekonominya sendiri. Sejauh ini, sanksi Barat, meskipun sangat berdampak, tidak membuat Iran melemah.
Iran dapat membuat prestasi besar dan abadi meskipun ada sanksi dan ancaman, tekan Raisi.
Selama empat dekade terakhir, Iran selalu menjadi sasaran tindakan pemaksaan AS, dengan sanksi sepihak Washington meningkat setelah penarikan Mei 2018 dari kesepakatan nuklir, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Pembicaraan tentang kebangkitan JCPOA dimulai pada April 2021 di Wina, Austria, tetapi ditangguhkan pada Maret karena perbedaan politik antara Teheran dan Washington.
Raisi menegaskan, Teheran tidak pernah meninggalkan meja dalam negosiasi tentang kebangkitan kembali kesepakatan nuklir 2015.
Tim perunding, tambah Raisi, akan melanjutkan pekerjaannya berdasarkan argumen yang "sangat kuat".
"Kami akan secara serius menangani keadaan ekonomi dan budaya Iran terlepas dari jalan yang diambil dalam negosiasi kebangkitan JCPOA dan apa yang akan terjadi di masa depan," lanjutnya.