Berita

Ketua Dewan Pembina APPKSI Arief Poyuono/Net

Politik

Apresiasi Penghapusan Pungutan Ekspor Sawit, Arief Poyuono: Tapi Bukan Berarti Harga TBS akan Naik

SENIN, 18 JULI 2022 | 18:42 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Keputusan pemerintah menghapus Pungutan Ekspor (PE) hingga batas waktu yang ditentukan lewat PMK 115/2022 mendapat apresiasi. Salah satunya, dari Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia (APPKSI).

Hanya saja, Ketua Dewan Pembina APPKSI Arief Poyuono menekankan bahwa penghapusan PE bukan berarti harga TBS akan naik nantinya.

Menurutnya, pungutan ekspor crude palm oil (CPO) dihapus masih belum bisa menaikan harga tandan buah segar (TBS) yang signifikan. Ini lantaran larangan ekspor CPO yang pernah terjadi membuat stok CPO masih melimpah di tangki-tangki pabrik kelapa sawit (PKS).

Sementara harga CPO juga sedang mengalami penurunan. Di mana harga perdaangan CPO berada di posisi 3.735 ringgit Malaysia per ton, atau turun 4,1 persen.

“Posisi tersebut menjadi posisi terendah sejak 2 Juli 2021, apalagi dibandingkan sebelum ekspor CPO di larang di mana harga CPO di atas 6.000 ringgit Malaysia per ton,” ujar Arief Poyuono kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (18/7).

Dia mengurai bahwa harga TBS sulit naik karena bea keluar ekspor CPO masih sangat tinggi. Bea keluar mencapai 288 dolar AS per ton. Artinya, bea ekspor akan tetap membebani harga TBS petani, sekalipun pungutan ekspor sudah dihapus.

Karena itu, APPKSI berharap bea keluar CPO harus dihapus atau dikurangi hingga di kisaran 50 dolar AS saja, agar harga TBS bisa mencapai harga normal kembali.

Apalagi dalam menghadapi krisis global, Indonesia membutuhkan ekspor yang kuat untuk mendapatkan devisa negara. Perlu dicatat bahwa menurut BPS, minyak kelapa sawit merupakan komoditas terbesar yang menopang surplus perdagangan Indonesia pada Juni 2022.

"Minyak kelapa sawit menyumbang 54 persen terhadap surplus neraca perdagangan Juni 2022,” tegasnya.

Saat ini, harga minyak sawit mentah diprediksi bakal anjlok dalam. Hal ini dipicu oleh menularnya ketakutan pasar global terhadap resesi yang mengancam ekonomi Amerika Serikat (AS).

“Bahkan, ketakutan pasar tersebut diprediksi lebih kuat dari dampak tensi geopolitik di Ukraina,” tutupnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Daftar Bakal Calon Gubernur, Barry Simorangkir Bicara Smart City dan Kesehatan Untuk Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 22:04

Acara Lulus-Lulusan Pakai Atribut Bintang Kejora, Polisi Turun ke SMUN 2 Dogiyai

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:57

Konflik Kepentingan, Klub Presiden Sulit Diwujudkan

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:41

Lantamal VI Kirim Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Ketua MPR: Ditjen Bea Cukai, Perbaiki Kinerja dan Minimalkan Celah Pelanggaran!

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Anies: Yang Tidak Mendapatkan Amanah Berada di Luar Kabinet, Pakem Saya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:25

Ide Presidential Club Karena Prabowo Ingin Serap Pengalaman Presiden Terdahulu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:17

Ma’ruf Amin: Presidential Club Ide Bagus

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:09

Matangkan Persiapan Pilkada, Golkar Gelar Rakor Bacakada se-Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:04

Dua Kapal Patroli Baru Buatan Dalam Negeri Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:00

Selengkapnya