Berita

Delegasi AS untuk masalah Tibet, Uzra Zeya, bertemu dengan Dalai Lama di Dharamshala Kamis pagi 19 Mei 2022/Net

Dunia

Delegasi AS untuk Tibet Bertemu Dalai Lama di Dharamshala, Bahas Tradisi Kebebasan dan Demokrasi

SABTU, 21 MEI 2022 | 06:58 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Delegasi Amerika Serikat yang dipimpin oleh koordinator khusus untuk masalah Tibet, Uzra Zeya, bertemu dengan Dalai Lama di kediaman pemimpin administrasi pemerintah Tibet yang diasingkan, Sikyong Penpa Tsering, di McLeod Ganj di Dharamshala Kamis pagi (19/5).

Zeya tiba di Dharamshala pada Rabu (18/5) dalam rangkaian kunjungan tingkat tinggi yang menandakan dukungan signifikan Washington untuk masalah Tibet. Ini adalah kunjungan peftama Zeya. Ia disambut dengan hangat dari orang-orang Tibet.

Zeya, seorang Indian-Amerika, ditunjuk sebagai koordinator khusus untuk masalah Tibet Desember lalu. Ia bertanggung jawab untuk mengoordinasikan kebijakan, program, dan proyek pemerintah AS terkait masalah Tibet.


Dia telah ditugaskan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken untuk mempromosikan dialog substantif, tanpa prasyarat, antara pemerintah China dan Dalai Lama serta para pemimpin Tibet yang terpilih secara demokratis untuk “perjanjian yang dinegosiasikan tentang Tibet”.

Dia juga ditugaskan untuk mempromosikan hak asasi manusia dan kebebasan dasar orang Tibet, termasuk kebebasan beragama mereka, dan mendukung upaya untuk melestarikan warisan bahasa, budaya dan agama mereka. Pemerintahan Biden juga telah memperjelas bahwa pemerintah China seharusnya tidak memiliki peran dalam proses suksesi Dalai Lama.

“Merupakan kehormatan terbesar saya untuk bertemu dengan Anda. Saya koordinator khusus Presiden (Joe) Biden untuk masalah Tibet. Merupakan kehormatan terbesar saya untuk dapat diterima oleh Anda. Saya membawa salam dari Presiden kami dan dari orang-orang Amerika dan harapan terbaik untuk kesehatan Anda yang baik dan rasa terima kasih kami atas pesan perdamaian Anda untuk dunia,” kata Uzra Zeya kepada Dalai Lama, seperti dikutip dari Radio Free Asia.

Keduanya membahas tradisi kebebasan dan demokrasi di Amerika Serikat dan India.

“Amerika dan India adalah negara dengan demokrasi dan kebebasan penuh. Di India, semua tradisi agama yang berbeda hidup bersama. Inilah yang disebut kesatuan,” ujar Dalai Lama.

Dalai Lama juga mengatakan, "promosi nilai-nilai universal, promosi kerukunan beragama, pelestarian budaya dan lingkungan Tibet, dan kebangkitan kebijaksanaan India kuno" adalah komitmen utama dalam hidup.

Berbicara kepada wartawan setelah pertemuan tersebut, Sikyong Penpa Tsering mengkonfirmasi pertemuan tersebut dan mengatakan bahwa Zeya dan Dalai Lama telah membahas upaya AS “untuk melestarikan agama, bahasa, dan budaya Tibet untuk melindungi identitas Tibet.”

Kunjungan Zeya terjadi tidak lama setelah kunjungan Sikyonh ke Washington bulan lalu. Selama kunjungannya, Sikyong bertemu dengan utusan khusus AS bersama Ketua DPR Nancy Pelosi.

Tibet, dulu adalag sebuah negara merdeka. Tibet diserbu dan diklaim sebagai bagian dari China dengan paksa lebih dari 70 tahun yang lalu. Semenjak itu, warga Tibet sering mengeluhkan diskriminasi dan pelanggaran hak asasi manusia oleh otoritas China dan kebijakan yang mereka katakan ditujukan untuk menghapus identitas dan budaya nasional mereka.

Pihak China telah marah pada kontak resmi dalam bentuk apa pun antara Dalai Lama atau pemerintah Tibet di pengasingan dan pemerintah India atau asing.

Dalam konferensi pers Rabu (19/5), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengecam pertemuan Zeya dengan Dalai Lama, menyebut pemerintah pengasingan Tibet sebagai organisasi ilegal dan Dalai Lama sendiri "pengasingan politik yang menyamar sebagai tokoh agama."

“Penunjukan yang disebut 'Koordinator Khusus AS untuk Masalah Tibet' merupakan campur tangan dalam urusan internal China. China dengan tegas menentang ini dan tidak pernah mengakuinya,” kata Zhao.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

Dituding Biang Kerok Banjir Sumatera, Saham Toba Pulp Digembok BEI

Kamis, 18 Desember 2025 | 14:13

Kapolda Metro Jaya Kukuhkan 1.000 Nelayan Jadi Mitra Keamanan Laut Kepulauan Seribu

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:56

OTT Jaksa di Banten: KPK Pastikan Sudah Berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:49

Momen Ibu-Ibu Pengungsi Agam Nyanyikan Indonesia Raya Saat Ditengok Prabowo

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:41

Pasar Kripto Bergolak: Investor Mulai Selektif dan Waspada

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:31

Pimpinan KPK Benarkan Tangkap Oknum Jaksa dalam OTT di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:21

Waspada Angin Kencang Berpotensi Terjang Perairan Jakarta

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:02

DPR: Pembelian Kampung Haji harus Akuntabel

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:01

Target Ekonomi 8 Persen Membutuhkan Kolaborasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:58

Film TIMUR Sajikan Ketegangan Operasi Militer Prabowo Subianto di Papua

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:48

Selengkapnya