Berita

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken/Net

Dunia

AS Tuduh Rusia Pakai Makanan Sebagai Senjata, Kremlin: Kami Bukan Idiot

JUMAT, 20 MEI 2022 | 07:41 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia telah menggunakan makanan sebagai senjata di Ukraina, termasuk dengan menyandera pasokan tidak hanya untuk Ukraina, tetapi juga jutaan orang di seluruh dunia.

Di hadapan Dewan Keamanan PBB pada Kamis (19/5), Menteri Luar Negeri AS mengimbau Rusia untuk berhenti memblokade pelabuhan Ukraina.

"Pemerintah Rusia tampaknya berpikir bahwa menggunakan makanan sebagai senjata akan membantu mencapai apa yang belum dilakukan invasi, untuk mematahkan semangat rakyat Ukraina," kata Blinken, seperti dimuat Reuters.


"Pasokan makanan untuk jutaan orang Ukraina dan jutaan lainnya di seluruh dunia telah benar-benar disandera," tambahnya.

Perang di Ukraina telah menyebabkan harga global untuk biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melambung. Rusia dan Ukraina bersama-sama menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global. Ukraina juga merupakan pengekspor utama jagung, jelai, minyak bunga matahari dan minyak lobak

Sementara Rusia dan Belarusia, yang telah mendukung Moskow dalam perangnya di Ukraina, menyumbang lebih dari 40 persen ekspor kalium global, nutrisi tanaman.

Di Telegram, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, mengatakan orang Rusia terampil memproduksi makanan yang dibutuhkan di seluruh dunia dalam situasi yang tepat.

"Semuanya ternyata tidak masuk akal. Si satu sisi, sanksi gila diberlakukan sementara di sisi lain ada tuntutan untuk memasok makanan," tulis Medvedev.

"Hal-hal tidak berjalan seperti itu. Kami bukan idiot," tegasnya.

Medvedev mengatakan untuk menghasilkan panen membutuhkan orang-orang yang terampil di bidang pertanian, serta peralatan dan pupuk yang tepat.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, menganggap "sangat salah" jika Rusia harus disalahkan atas krisis pangan global yang telah terjadi selama beberapa tahun.

Dia juga menuduh Ukraina menahan kapal asing di pelabuhannya dan menambang perairan.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya