Berita

Presiden Serbia Aleksandar Vucic/Net

Dunia

Tidak Ikut Jatuhkan Sanksi untuk Rusia, Vucic: Tidak Ada yang Membantu Ketika Kami Diserang oleh 19 Negara NATO pada 1999

SENIN, 18 APRIL 2022 | 16:24 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Meskipun mengaku mengalami banyak kerugian, Presiden Serbia Aleksandar Vucic tetap memilih untuk tidak menjatuhkan sanksi kepada Rusia.

Berbicara selama wawancara dengan stasiun televisi lokal Pink TV pada Minggu (17/4), Vucic kembali menjabarkan alasan mengapa ia tetap menolak sanksi untuk Rusia.

"Sudah banyak yang Serbia pertaruhkan, dan telah mengeluarkan banyak biaya untuk menentang dorongan Barat untuk menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas operasi militernya di Ukraina," kata Vucic, seperti dikutip dari RT, Senin (18/4).


Jika Serbia ikut mendukung sanksi, dia yakin bahwa itu akan menjadi perayaan bagi Barat. Barat akan memuji seandainya Beograd mendukung pembatasan ekonomi terhadap Moskow.

“Mungkin betul, kami akan merugi jika tidak  menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Tetapi jika kami memberlakukannya, itu lebih merugikan lagi bagi kami.  Merusak  prinsip kami untuk tidak mendukung sanksi terhadap siapa pun, karena kami tahu dari pengalaman kami sendiri, bahwa sanksi itu tidak bermoral dan tidak efisien," katanya.

Sejak invasi Rusia pada 24 Februari, Serbia tidak ikut mengutuk serangan dan juga tidak memberlakukan sanksi. Sedikit dari negara Eropa yang berkomitmen untuk netral.

Namun, Vucic sempat 'tersandung' ketika ia harus memilih 'setuju' dalam pemungutan suara PBB yang menangguhkan keanggotaan Rusia dari Dewan Keamanan HAM PBB dan bergabung dengan 93 negara lainnya. Vucic mengakui ia terpaksa memilih 'setuju' karena desakan yang bertubi-tubi dari Barat di tengah upayanya mendapatkan keanggotaan Uni Eropa.

"Mereka mengatakan bahwa saya pengkhianat. Seorang pengkhianat? Serbia stu-satunya di Eropa yang belum memberlakukan sanksi terhadap Rusia. Panggil saya apa pun yang Anda inginkan, tetapi orang-orang telah menunjukkan apa yang mereka pikirkan (selama pemilihan)," lanjut Vucic.

Vucic baru saja memenangkan pemilihan presiden untuk periode selanjutnya. Ia berkomitmen akan tetap menjalin hubungan persaudaraan dengan Rusia, sekutu dekatnya.

Dia berulang kali mengatakan bahwa Beograd berada di bawah tekanan serius untuk bergabung dalam negara-negara yang menjatuhkan sanksinya.

"Jika saya ingin menjadi pahlawan nomor satu dunia, cukup dengan mengatakan sesuatu yang menentang Putin, dan semua orang akan memberi saya penghargaan," kata dia.

Vucic juga mengungkapkan ia tidak ingin ikut meluncurkan sanksi karena pelarangan minyak dan gas dari Rusia bisa melumpuhkan ekonomi Serbia.

“Kami harus membuat keputusan yang menguntungkan warga Serbia," ujarnya.

Vucic juga menuduh Kiev dan salah satu negara Uni Eropa melakukan serangkaian ancaman bom palsu terhadap pesawat penumpang Air Serbia.

Lebih dari selusin pesawat terpaksa kembali ke Beograd atau Moskow, sementara penerbangan lain telah ditunda, dan bandara Beograd dievakuasi setidaknya tiga kali selama beberapa minggu terakhir.

“Layanan (intelijen) asing dari dua negara melakukan itu. Ukraina dan salah satu negara Uni Eropa," kata Vucic tanpa memerinci nama negara itu. Namun, hasil penyelidikan mengatakan bahwa negara yang dimaksud adalah Polandia.

Ancaman bom dimulai setelah Serbia menolak untuk mendukung larangan Uni Eropa terhadap penerbangan Rusia.

“Kami tetap melanjutkan penerbangan kami, karena kami ingin menunjukkan bahwa kami adalah negara bebas dan kami membuat keputusan sendiri. Jangan putuskan untuk kami kapan harus membatalkan penerbangan,” kata Vucic.

“Apakah Anda mencabut penerbangan Anda ketika 19 negara mengebom Serbia? Setidaknya dari 30 negara anggota NATO, ada satu yang membantu. Dulu, tidak ada yang membantu kami ketika kami diserang oleh 19 negara terkuat,” tambahnya, mengacu pada pemboman NATO tahun 1999 di Yugoslavia.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya