Berita

Prabowo Subianto dan Surya Paloh/Net

Politik

Muncul Isu Penundaan Pemilu Gegara Prabowo dan Surya Paloh Bahas Amandemen UUD 45 di Tahun 2019

SELASA, 29 MARET 2022 | 13:04 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Demokrasi di Indonesia bisa disebut demokrasi tanpa "demos" yakni demokrasi yang mengabaikan suara publik yang sebetulnya menjadi tulang punggung demokrasi itu sendiri. Hal itu salah satunya ditandai dengan munculnya isu penundaan pemilu 2024 yang digaungkan para elite politik.

Demikian disampaikan Direktur pusat Media dan Demokrasi LP3ES, Wijayanto dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (29/3).

"Wacana yang mengingkari aturan main demokratis telah muncul sejak 2019 di mana setelah pemilu Prabowo dan Surya Paloh bertemu membicarakan amandemen UUD 1945," ungkap Wijayanto.


Menurutnya, sejak saat itu pula masyarakat Indonesia disuguhi usulan tiga periode untuk masa jabatan presiden. Sialnya, kata dia, belakangan wacana itu muncul dalam bentuk penundaan Pemilu 2024.

Ia menambahkan, dalam buku "Kemunduran Demokrasi dan Resiliensi Masyarakat Sipil" yang diterbitkan LP3ES, terdapat sedikitnya empat indikator perilaku otoriter.

Pertama, demokrasi lemah atau penolakan terhadap aturan main demokratis. Kedua, penyangkalan legitimasi lawan politik. Ketiga, toleransi atau anjuran kekerasan. Kesempatan, kesediaan membatasi kebebasan sipil termasuk media.

"Meskipun Indonesia digolongkan negara demokrasi yang cacat namun skor di elektoral proses dan partisipasi masyarakat sipil yang mempunyai angka tinggi. Jika pemilu sampai ditunda, niscaya skor kita akan jeblok," sesalnya.

Skor pada aspek political culture sangat  buruk. Termasuk budaya demokratis untuk berhenti pada waktunya belum muncul, juga adanya politik dinasti yang dimunculkan oleh elit politik dan menjadi salah satu problem besar.

Dalam konteks kemunduran demokrasi di Indonesia, ada berbagai permasalahan lain yang dijelaskan dalam buku LP3ES yakni buzzers politik dan manipulasi opini publik merupakan salah satu di antaranya.

"Riset menemukan bahwa politisi dan pengusaha berperan dalam pendanaan para buzzers ini," pungkasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya