Berita

Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri/Net

Publika

Demo Memasak Bu Mega, Seruan Boikot Migor

OLEH: NOVIYANTO AJI*
SELASA, 29 MARET 2022 | 08:51 WIB

NEGARA kalah melawan mafia minyak goreng. Sudah pasti. Klaim Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi ini membuat banyak orang terhenyak.

Bagaimana mungkin negara bisa kalah melawan para mafia? Negara kok kesannya diatur-atur untuk membuat kebijakan sesuai perrmintaan para mafia. Aturan harga eceran tertinggi atau HET dicabut. Para mafia girang.

Sangat gamblang permainan mereka. Membuat minyak goreng langka di pasaran. Tapi ketika harga dinaikkan, tiba-tiba saja stok minyak goreng berlimpah.


Melihat ini, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri sangat prihatin. Mengatakan pada rakyat terutama kalangan emak-emak untuk tidak lagi tergantung pada minyak goreng.

Tidak sedikit yang mengkritik Bu Mega. Kata-katanya dianggap nyelekit. Dibilangnya Bu Mega tidak peka terhadap kondiai bangsa. Kesan yang ditangkap, Bu Mega seolah-olah menjadi tameng bagi pemerintah yang sudah menyerah mengatasi polemik minyak goreng. Bahkan kini Bu Mega mengadakan demo memasak tanpa menggunakan minyak goreng.

Orang-orang terutama emak-emak masih belum ngeh dengan apa yang dilakukan Bu Mega. Padahal seruan tidak menggunakan minyak goreng ini telah membuat kubu pemerintah dan mafia minyak goreng kebakaran jenggot.

Ya, di saat pemerintah menyerahkan harga minyak goreng ke pasar dan 'membahagiakan' para mafia, langkah Bu Mega justru membuat mereka kepanasan.

Meski tidak dikatakan secara lesan, namun langkah Bu Mega ini seperti menyerukan pada emak-emak di seluruh Indonesia bahwa 'sudah saatnya kita melawan para mafia minyak goreng'. Caranya dengan tidak membeli minyak goreng alias memboikot produk-produk mereka.

Bu Mega ingin menunjukkan bahwa kendali masih di tangan rakyat, bukan di tangan mafia. Saat negara sudah menyerah melawan mafia, maka people power adalah solusi.

Bu Mega ingin menunjukkan pada para mafia agar jangan bermain-main dengan emak-emak. Satu emak-emak tersakiti, maka emak-emak lain akan merasa tersakiti. Apalagi jika perasaan yang tersakiti itu berhubungan dengan urusan dapur.

Ya, Bu Mega ingin menunjukkan pada negara, bahwa emak-emak tidak butuh minyak goreng. Tanpa minyak goreng rakyat masih dapat bertahan hidup. Tanpa minyak goreng emak-emak masih bisa memasak makanan untuk keluarganya. Tanpa minyak goreng emak-emak bisa merebus makanan mereka.

Bu Mega juga mengingatkan pada mafia, bahwa Indonesia memiliki budaya kuliner beraneka ragam. Terutama budaya kuliner. Banyak kuliner Indonesia yang bisa dimasak tanpa menggunakan minyak goreng. Seperti masakan Sunda yang cara pengolahannya banyak tanpa digoreng. Itu belum termasuk kuliner Jawa, Bali, Padang, dan lain-lain.

"Jadi kenapa kok saya dibilang 'Ibu ini tidak peduli kalau tidak ada minyak goreng', saya sangat peduli. Tapi anak-anak kita dikasih apa kalau ibu-ibu seharian antre minyak goreng? Anak-anak sudah dibuatkan makan belum ya kalau sudah pulang sekolah?" Demikian kata Bu Mega.

Ucapan Megawati soal antrean minyak goreng justru karena kekesalannya pada keadaan di mana rakyat dipermainkan sangat tidak manusiawi.

Dengan cara ini Bu Mega sepertinya ingin melawan ketidakadilan yang dipertontonkan negara pada rakyat. Bukan dengan cara bermelas-melasan, mengasihi diri sendiri, mengiba satu sama lain. Melainkan harus dengan cara perlawanan.

Silakan negara bermain-main dengan para mafia. Silahkan negara dan mafia cari untung dari penderitaan rakyat, tapi jangan harap rakyat mau membeli. Jangan harap rakyat mau diplokoto terus-terusan.

Rakyat tidak bodoh. Negara yang terlalu bodoh karena terus-terusan disetir mafia untuk membodohi rakyat. Maka, jangan salahkan rakyat jika marah dan memboikot minyak goreng.

*Penulis adalah wartawan RMOLJatim


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya