Protes menentang invasi Rusia ke Ukraina di Dam Square Amsterdam pada 27 Februari 2022/Net
Ribuan pengunjuk rasa anti perang Rusia di Belanda membentuk lautan biru dan kuning dalam aksi damai yang digelar di bawah kubah Koninklijk Paleis di Dam Square Amsterdam pada Minggu sore (27/2) waktu setempat.
Dalam aksinya mereka meneriakkan slogan-slogan meminta diakhirinya perang. Tercatat ada sekitar 15.000 pengunjuk rasa membanjiri jalan-jalan di sekitar alun-alun dalam aksi menentang invasi Rusia ke Ukraina tersebut.
“Seminggu yang lalu, saya tidak akan pernah berpikir ini akan terjadi," kata seorang pengunjuk rasa kepada yang lain.
Sejumlah anak yang ikut dalam aksi nampak membawa balon biru dan kuning dan para pengunjuk rasa mengangkat tanda ke langit bertuliskan "Tidak ada waktu untuk menunggu" dan "Bertindak sekarang!"
Seorang peserta bernama Katya Diks berdiri terbungkus bendera Ukraina, tersenyum ketika dia melihat seorang gadis kecil bergabung dengan nyanyian dari bahu ayahnya. Diks, yang pindah dari Ukraina ke Belanda lebih dari 20 tahun yang lalu mengaku masih memiliki teman dan keluarga di Kiev dan kota-kota lain yang selalu ada di pikirannya. Baginya, protes tersebut merupakan saluran yang disambut baik untuk mengambil tindakan.
“Setiap pagi bangun tidur dan langsung cek berita di ponsel,†kata Diks.
“Kamu tidak bisa tidur. Anda terus-menerus memeriksa berita,†ujarnya.
Dia juga membawa tas jinjing berisi dana sumbangan untuk disumbangkan ke Yayasan Belanda, yang mengumpulkan makanan dan obat-obatan di alun-alun.
“Saya tidak punya apa-apa di rumah, jadi saya hanya mengambil sabun dan pasta gigi dan semacamnya,†kata Diks.
Pemrotes lain, Julija Smitaite yang menggambarkan dirinya sebagai “25 persen Rusia, 25 persen Ukraina, sisanya Lituania†memegang spanduk bertuliskan “Lithuania berdiri bersama Ukraina.†Dia bergabung dengan setidaknya 10 orang Lithuania lainnya yang memegang tanda serupa.
“Lituania selalu merasakan solidaritas dengan Ukraina, karena keduanya adalah negara pasca-Soviet,†kata Smitaite, yang berusia delapan tahun pada tahun 1991 ketika tank Soviet meluncur ke ibu kota Lithuania.
“Orang-orang Ukraina ada di sana untuk orang-orang Lithuania ketika kami berjuang untuk kemerdekaan kami,†kenangnya.
“Orang-orang turun ke jalan seperti ini. Pasti ada semacam hubungan saudara dan saudari dengan Ukraina,†lanjut Smitaite.