Perdana Menteri Inggris Boris Johnson/Net
Inggris meluncurkan sanksi terhadap entitas dan individu Rusia pada Selasa (22/2) menyusul pengakuan Kremlin terhadap kedaulatan Donetsk dan Luhansk.
Sanksi 'tahap pertama' itu berupa pembatasan terhadap lima bank Rusia dan tiga pengusaha, seperti yang disampaikan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kepada anggota parlemen.
Menurut Johnson, tindakan Rusia yang memberikan pengakuan terhadap kelompok separatis sama dengan invasi baru, dan berpotensi meningkatkan ketegangan yang berlarut-larut.
Sanksi tahap pertama itu akan ditinjau dan akan diperpanjang jika situasinya meningkat lebih lanjut.
Langkah Inggris ini kelak akan diikuti oleh negara-negara Eropa lainnya.
Downing St mengatakan bahwa Johnson akan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas situasi ini. Pertemuan singkat itu sekaligus menyuarakan apa yang disampaikan juru bicara Inggris sebagai 'paket sanksi yang tepat sasaran dan akan segera diluncurkan'.
Ini sebagai tanggapan terhadap keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin yang memerintahkan pasukan untuk "menjaga perdamaian" di wilayah separatis di Ukraina timur, setelah terlebih dahulu mengakui kemerdekaan daerah tersebut.
Johnson juga mengisyaratkan Inggris dapat mengirim lebih banyak lagi senjata ke Ukraina.
Pada bulan Januari saja, Inggris mengirim 2.000 senjata anti-tank ke Ukraina, dimaksudkan untuk membantu angkatan bersenjata Keiv jika Rusia akan menyerang. Negara-negara lain seperti AS, Turki, Kanada, dan Polandia semuanya telah memasok senjata dalam beberapa bulan terakhir.
Inggris, sama dengan AS, telah mengirim lebih banyak pasukan untuk mendukung anggota NATO di Eropa timur – tetapi karena Ukraina sendiri bukan anggota aliansi militer, Inggris tidak akan mengerahkan pasukan untuk memerangi invasi Rusia.