Berita

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova/Net

Dunia

Moskow Tuding Inggris dan AS Dalang Propaganda Perang Ilegal dalam Krisis Rusia-Ukraina

SELASA, 15 FEBRUARI 2022 | 07:30 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Isu serangan yang akan dilancarkan Rusia ke Ukraina semakin gencar dalam beberapa waktu terakhir, memicu krisis yang semakin memanas antara dua tetangga Eropa timur.

Rusia menyalahkan Inggris dan Amerika Serikat. Dua negara itu dianggap telah mengobarkan propaganda perang ilegal.

Dilaporkan RT, Senin (14/2), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa AS dan Inggris saat ini terlibat dalam propaganda perang ilegal, yang dilarang oleh Kovenan Internasional PBB tentang Hak Sipil dan Politik.


Menulis di saluran Telegramnya, Zakharova menuduh Barat melanggar perjanjian, yang ditandatangani di New York pada tahun 1966, yang isinya mengamanatkan sanksi terhadap negara-negara yang menghasut perang dan kebencian.

“Apa yang kita lihat sekarang adalah propaganda perang dalam bentuknya yang paling murni,” kata Zakharova, menuduh London dan Washington memprovokasi kekerasan dengan memasok senjata ke Ukraina, sementara juga mengirimkan instruktur dan mengadakan latihan militer.

“AS dan Inggris telah mengeluarkan peralatannya yang telah mereka simpan selama setengah abad. Dan sekarang mereka melambai-lambai seperti klub, mendukung histeria terkontrol melalui CNN, Bloomberg, dan tabloid Inggris, sehingga mempengaruhi opini publik di negara mereka,” lanjutnya.

Menurut Zakharova, perjanjian itu ditandatangani selama puncak Perang Dingin sebagai sarana untuk menghindari kemungkinan konflik serius. Menurutnya, baik Uni Soviet maupun Rusia telah “meninggalkan” praktik propaganda perang, tetapi Inggris dan AS belum.

Dalam beberapa bulan terakhir AS menuduh Rusia menempatkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina, dengan beberapa percaya ini adalah tanda serangan militer yang akan datang. Klaim ini telah berulang kali dibantah oleh Kremlin, dan juga telah diremehkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Akhir pekan ini, AS dan puluhan negara lain mengumumkan bahwa mereka akan mulai mengevakuasi para diplomatnya dari Kiev. Pihak berwenang Ukraina telah mengutuk langkah ini dan terus mendesak warga untuk tidak panik.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya