Berita

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)/Net

Publika

Malapetaka Sains

Oleh: Prof Iqbal Burhanuddin*
RABU, 19 JANUARI 2022 | 12:25 WIB

SCIENTIA atau sains dari bahasa latin yang artinya pengetahuan, yaitu suatu cara untuk mengetahui dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam secara sistematik, terorganisir melalui berbagai metode saintifik yang terbakukan.  

Pada masa Raja Harun al-Rosyid yang sangat mementingkan sains selama masa pemerintahan dinasti Abbasiyaah (750 M) bermunculan para ilmuwan muslim yang sangat gemilang dan menjadi sejarah peradaban puncak keemasan umat Islam dalam bidang sains dan teknologi.

Ketika produksi sains di dunia Islam menurun, mulai abad ke-10 sampai ke-13, di negara-negara Eropa, terutama Spanyol, justru penerjemahan karya-karya dari bahasa Arab ke dalam bahasa Latin dan Ibrani dilakukan secepat mungkin.


Hasilnya membawa Eropa meninggalkan Zaman Kegelapan dan lahirnya Zaman Renaisans pada abad ke-14,  iklim saintifik yang ujungnya adalah transformasi peradaban Barat menyebar ke seluruh Eropa.

Jika kita menelisik Jepang setelah era pasca PD II dapat dengan cepat bangkit dan kembali menjadi negara yg berpengaruh dalam perkembangan dunia karena mereka menyadari bahwa suatu negara akan maju apabila perkembangan sains dan teknologinya baik.

Dengan penguatan sains dan teknologi secara massif, hingga tahun 2022  sudah ada 27 orang Jepang telah menjadi penerima  penghargaan bergengsi, Nobel.

Akhir-akhir ini sedang ramai perbincangan berkaitan kehadiran lembaga riset yang notabene diharapkan menjadi pil ampuh untuk menggenjot inovasi di Indonesia yakni Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyusul peleburan  beberapa lembaga riset yang telah lama ada di Tanah Air.   

Kalau kita bandingkan dengan lembaga riset yang memiliki bentuk dan struktur organisasi yang khas pada dua negara besar dengan sistem pemerintahan yang berbeda yaitu AS dan China.

Di AS, ada sekitar 70 lembaga riset milik negara, dan di China sekitar 150 lembaga penelitian milik negara. Hal tersebut memunculkan perdebatan  berbagai kalangan, apakah peleburan beberapa entitas riset di Indonesia yakni LIPI, BPPT, BATAN, LAPAN dan KEMENRISTEK, termasuk di dalamnya Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman menjadi satu di bawah komando BRIN begitu urgen dilakukan?

Salah satu kekhawatiran sejak awal dibentuknya BRIN tahun 2019 akan rentan mengganggu independensi ilmuwan dan membuka pintu politisasi.

Kekhawatiran ini beralasan karena terbukti bahwa Ketua Dewan Pengarah BRIN yang didaulat adalah ketua umum partai pemenang pemilu lalu, bukan dari kalangan peneliti.  

Pembubaran lembaga riset bersejarah yg ada di tanah air, dan hadirnya BRIN sebagai satu komando, regulator pembuat policy sekaligus lembaga riset pemerintah oleh beberapa pengamat pendidikan dinilainya akan berujung pada malapetaka riset Tanah Air.

Alih-alih akan menghasilkan riset dan inovasi berkualitas, peleburan tersebut akan menimbulkan dekonstruksi kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) di masing-masing lembaga, BRIN sebaliknya membawanya ke dalam pusaran politik partisan.

Sains itu adalah kebenaran hakiki dan sejati yg tentu tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yg hakiki adalah dari Tuhan, namun nasib kebenaran sains kerap berada pada kungkungan kebenaran pragmatis dalam politik dan industri sehingga sering melenceng dari harapan yang seharusnya.

Penulis adalah Dosen pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya