Berita

Guru Besar Universitas Soedirmen (Unsoed), Prof. Muhammad Fauzan

Politik

Guru Besar Unsoed: RI Sudah 12 Kali Pemilu, Apakah Sudah Mendatangkan Sebuah Kesejahteraan?

KAMIS, 30 DESEMBER 2021 | 19:59 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Pemilihan umum (Pemilu) yang sudah berlangsung sebanyak 12 kali baik sebelum maupun sudah amandemen UUD 1945. Namun, kualitas pelaksanaan dan hasilnya masih dipertanyakan.

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Soedirmen (Unsoed), Prof. Muhammad Fauzan, misalnya. Dia mempertanyakan perihal Pemilu di Indonesia yang dianggap telah mengedepankan sistem demokrasi.

Tapi dia berpendapat demokrasi melalui kepemiluan, untuk hasilnya masih belum terlihat karena masyarakat belum merasakan kesejahteraan.

Begitu yang disampaikan Fauzan dalam acara diskusi virtual Masyarakat Hukum Tata Negara Muhammadiyah (MAHUTAMA) bekerjasama dengan Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta bertemakan "Dinamika Ketatanegaraan & Kepemiluan Indonesia", Kamis (30/12).

"Yang menjadi pertanyaan kita atau pertanyaan saya paling tidak apakah pemilihan umum itu sudah benar-benar mendatangkan sebuah kesejahteraan?" ujar Fauzan.

Dia memandang perlu bagi pemerintah untuk menjalankan kewenangannya untuk kemaslahatan umat. Tapi lagi-lagi hal ini masih menjadi pertanyaan besar.

Sebabnya, Fauzan menilai pemeirntahan yang lahir dari 12 kali Pemilu belum mengarah pada kebijakan yang berpihak kepada rakyat.

"Kesejahteraan yang bukan hanya untuk lapisan atas dan lapisan tengah tapi juga masyarakat pada umumnya," tuturnya.

Terminologi pemilihanpresiden hingga pemeilihan kepala daerah yang ada dibenak masyarakat saat ini, menurut Fauzan, belum dapat dikategorikan sebagai unsur sistem demokratis.

"Apakah yang sudah dilakukan selama ini itu memang sudah menjadi Pemilu yang demokratis? Kalau orang yang demokratis akan mengatakan iya sudah demokratis, karena rakyat sudah memberikan suara secara langsung. Tetapi persoalannya demokrasi yang seperti apa?" tanyanya.

Lebih lanjut, Fauzan menyatakan bahwa pemilu yang dilakukan di Indonesia selama ini hanya sekadar prosedural.

"Kalau yang saya baca di beberapa literatur, sebenarnya Pemilu demokratis itu mestinya harus adil. Oleh karena itu ada beberapa (negara) termasuk bangsa ini sebenarnya," tandasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Tim 7 Jokowi Sedekah 1.000 Susu dan Makan Gratis

Selasa, 30 April 2024 | 20:00

Jajaki Alutsista Canggih, KSAL Kunjungi Industri Pertahanan China

Selasa, 30 April 2024 | 19:53

Fahri Minta Pembawa Nama Umat yang Tolak 02 Segera Introspeksi

Selasa, 30 April 2024 | 19:45

Kemhan RI akan Serap Teknologi dari India

Selasa, 30 April 2024 | 19:31

Mantan Gubernur BI Apresiasi Program Makan Siang Gratis

Selasa, 30 April 2024 | 19:22

Anies Bantah Bakal Bikin Parpol

Selasa, 30 April 2024 | 19:07

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Penguatan Ekonomi Perdagangan

Selasa, 30 April 2024 | 18:44

Dandim Pinrang Raih Juara 2 Lomba Karya Jurnalistik yang Digelar Mabesad

Selasa, 30 April 2024 | 18:43

Raja Charles III Lanjutkan Tugas Kerajaan Sambil Berjuang Melawan Kanker

Selasa, 30 April 2024 | 18:33

Kemhan India dan Indonesia Gelar Pameran Industri Pertahanan

Selasa, 30 April 2024 | 18:31

Selengkapnya