Berita

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Prof Muh Nur Sangadji/Repro

Politik

Dosen Pertanian Untad: Pemerintah Hentikan Nafsu Membuka Sawah Percetakan Baru

RABU, 29 DESEMBER 2021 | 10:26 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Pemerintah diminta tidak mengedepankan nafsu membuka sawah percetakan baru tanpa memahami ihwal ruang ekologi dan konsep tanah yang selama ini dipertahankan para leluhur.

Selain itu, pemerintah juga jangan serampangan membuka lahan persawahan tanpa adanya perhitungan kemampuan sokongan sumber air.

Begitu ditegaskan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Prof Muh Nur Sangadji dalam menyikapi Perpres 66/2021 tentang Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang mengatur sembilan bahan pokok penting pangan dalam webinar bertema “Mampukah Badan Pangan Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan?”, Rabu (29/12).

Ia mengatakan, selama ini pemerintah salah kaprah dalam menyiapkan bahan pokok pangan dengan membuka lahan baru tanpa mempelajari daya dukung SDA yang dimiliki daerah.

“Sering salah kaprah nafsu kita menyiapkan pangan, terutama di bidang beras tapi kemudian membuka lahan secara serampangan. Sementara perhitungan tentang kemampuan sokongan dari sumber air itu sangat terbatas," jelas Profesor Nur Sangadji.

Dibanding membuka lahan baru tanpa perhitungan, kata dia, pemerintah harusnya mempertahankan sawah yang sudah ada dengan dukungan ekosistem yang baik.

Dia menguraikan, setiap daerah memiliki dokumen perencanaan untuk melakukan pembangunan. Dalam perencanaan, setiap daerah memasukkan satu instrumen untuk menjaga keseimbangan antaran pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan aspek lingkungan hidup.

Saat ini, yang perlu diperhatikan pemerintah adalah tidak hanya sekadar berbicara sarana produksi (saprodi) dan alat mesin pertanian (alsinta) semata.

“Saya kasih sedikit pikiran, misalnya berkaitan jasa ekosistem sebagai salah satu ukurannya dalam hal pangan dan air. Dua-duanya berhubungan,” imbuhnya.

Jika terdapat satu lahan kawasan yang masuk dokumen perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan, pihaknya meminta pemerintah memperhatikan ekosistem yang ada di sekitar lahan baru tersebut.

“Menurut saya ini sangat penting diperhatikan karena melalui jasa ekosistem, kita mengetahui di satu sistem itu airnya tersedia cukup atau tidak? Tinggi atau sedang atau rendah? Ketika airnya tinggi, belum tentu juga cukup untuk kebutuhan. Maka kita harus juga menghitung daya dukung, daya tampung lingkungan,” tutupnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji!

Senin, 06 Mei 2024 | 05:37

Samani-Belinda Optimis Menang di Pilkada Kudus

Senin, 06 Mei 2024 | 05:21

PKB Kota Probolinggo cuma Buka Pendaftaran Wawalkot

Senin, 06 Mei 2024 | 05:17

Golkar-PDIP Buka Peluang Koalisi di Pilgub Jabar

Senin, 06 Mei 2024 | 04:34

Heboh Polisi Razia Kosmetik Siswi SMP, Ini Klarifikasinya

Senin, 06 Mei 2024 | 04:30

Sebagian Wilayah Jakarta Diperkirakan Hujan Ringan

Senin, 06 Mei 2024 | 03:33

Melly Goeslaw Tetarik Maju Pilwalkot Bandung

Senin, 06 Mei 2024 | 03:30

Mayat Perempuan Tersangkut di Bebatuan Sungai Air Manna

Senin, 06 Mei 2024 | 03:04

2 Remaja Resmi Tersangka Tawuran Maut di Bandar Lampung

Senin, 06 Mei 2024 | 02:55

Aspirasi Tak Diakomodir, Relawan Prabowo Jangan Ngambek

Senin, 06 Mei 2024 | 02:14

Selengkapnya