Berita

Ilustrasi/Disway

Dahlan Iskan

Avtur Eceran

SABTU, 18 DESEMBER 2021 | 04:10 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

MASIHKAH Garuda baik-baik saja?

Setidaknya Garuda masih bisa tetap terbang. Sampai Kamis lalu. Biar pun hari itu hanya terbang dengan 11 pesawat.

Itulah hari terbang paling minimal bagi Garuda. Setidaknya selama banyak tahun terakhir. Maka tidak salah kalau ada yang tetap berkata Garuda masih baik-baik saja. Setidaknya yang 11 pesawat itu.


Sebenarnya Garuda masih punya 40 lebih pesawat. Masalahnya: mau diterbangkan pakai bahan bakar apa. Pertamina sudah tidak mau lagi memasok avtur. Utang avturnya ke Pertamina sudah sekitar Rp 16 triliun. Bahkan ketegasan Pertamina itu sudah sangat telat. Pertamina sudah terlalu baik pada Garuda.

Bagaimana dengan yang sebelas pesawat itu? Kok masih bisa terbang?

Saya pun mencari info kanan-kiri. Siapa tahu Pertamina kembali jatuh kasihan: diberi lagi bahan bakar. Biar pun sekadarnya-untuk 11 pesawat.

Ternyata tetap: tidak ada lagi kasihan untukmu, Garuda. Satu-satunya toleransi yang masih diberikan Pertamina adalah: boleh dapat BBM asal bayar kontan. Sebelum ada uang masuk ke rekening Pertamina, BBM tidak akan dikucurkan. Seberapa masuknya uang, segitulah BBM yang diisikan ke pesawat.

Rupanya Garuda masih punya uang. Masih bisa untuk membeli BBM secara eceran. Meski hanya cukup untuk 11 pesawat.

Yang penting masih bisa baik-baik saja.

Sayang memang kalau Garuda tidak bisa lagi terbang. Hari-hari ini jumlah penumpang lagi ramai-ramainya. Hari itu-ketika Garuda hanya bisa menerbangkan 11 pesawat itu Lion terbang 1.000 kali. Dengan perhitungan: pesawat yang menerbangi Jakarta-Surabaya-Makassar-Manado, balik lagi, dihitung delapan kali.

Saya pun bisa membayangkan jalannya operasi Garuda seperti ini: sore-sore berhitung. Ada pemasukan berapa. Lalu berapa yang bisa disisihkan untuk beli BBM eceran. Untuk keperluan besok. Berapa pesawat yang akan terbang disesuaikan dengan berapa uang untuk BBM eceran hari itu.

Itu mirip cara percetakan menyikapi utang penerbit surat kabar. Penerbit tidak tiap hari membayar ongkos cetak. Tunggu tagihan satu bulan. Kalau pun belum bisa bayar koran harus tetap terbit setiap hari. Utang ke percetakan pun menumpuk. Kian sulit ditagih.

Pun ketika sampai tak tertahankan lagi.

Percetakan pun mengancam: menghentikan cetak. Yang diancam cuek: bisa pindah ke percetakan lain. Utang lebih sulit lagi ditagih.

Biasanya percetakan lantas menetapkan cara keras: koran edisi hari itu baru bisa dicetak kalau sudah ada pembayaran untuk hari itu. Yang harga cetaknya sudah sedikit dinaikkan. Biasanya ditambah cicilan utang lama, semampunya.

Koran yang diperlakukan keras seperti itu bisa lebih berhasil. Manajemennya terpaksa kerja keras: cari uang lebih banyak. Terpaksa pula lebih berhemat.

Saya pernah mengalaminya seperti itu. Sering.

Maka Pertamina sudah benar kalau meniru gaya percetakan seperti itu.

Apakah untuk BBM eceran ini Pertamina mengenakan harga sedikit lebih tinggi ke Garuda? Apakah juga mengharuskan Garuda mencicil utang lama biar pun ala kadarnya?

Tak disangka perusahaan sebesar Pertamina kini harus ikut cara percetakan kecil. Apa boleh buat. Memang harus begitu-mestinya sejak dulu-dulu. Cara itu justru akan bisa memaksa Garuda lebih sehat-kalau saja tidak terlambat.

Maka sebenarnya Pertamina memang bisa "membantu" menyehatkan Garuda secara tidak langsung. Dengan cara Pertamina bersikap keras seperti itu. Sejak dulu. Agar Garuda bisa sehat. Terpaksa sehat. Dan lagi, Pertamina pun tidak sampai punya tagihan segajah itu.

Dalam kasus percetakan kecil, utang itu bisa menumpuk karena ini: percetakan itu dan koran itu berada dalam satu grup. Setiap kali manajemen percetakan berlaku keras, manajemen koran mengadu ke big boss di grup itu. Sang bos biasanya membela manajemen koran. Setiap kali percetakan mengancam-tidak mau mencetak selalu ditelepon sang bos: harus tetap dicetak.

Dalam hal koran seperti itu yang harus bertanggung jawab jelas: si bos itu sendiri. Yang tak lain juga pemegang saham di percetakan itu.

Di akhir tahun, saya sering mengaku salah: utang ke percetakan itu besar karena salah saya. Saya pun ikut rugi: tidak terima dividen. Manajemen koran itu sendiri harus bertanggung jawab: diberhentikan.

Saya pun mikir: siapa ya yang selalu telepon ke Pertamina agar tetap melayani permintaan BBM Garuda? Masak sih Pertamina tidak pernah mengancam Garuda?

Saya tidak bisa menduga salah satu pihak: Garuda itu punya banyak bos. Tidak hanya kementerian BUMN. Garuda punya banyak pahlawan yang bisa membelanya.

Kementerian BUMN akhirnya membiarkan Garuda digugat ke PKPU. Dengan demikian bisa jelas kapan Garuda bisa tetap baik-baik saja - atau tidak baik-baik saja.

PKPU sudah menetapkan waktu: 45 hari. Terhitung pekan lalu. Dalam 45 hari itu harus sudah ada kesepakatan antara Garuda dan para pemilik piutangnya. Kalau dalam 45 hari tidak terjadi kesepakatan, PKPU yang ambil putusan: Garuda dinyatakan bangkrut. Atau putusan lainnya. Tinggal menghitung hari.

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bahlil: Jangan Uji NYali, Kita Nothing To Lose

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:44

Bukan AI Tapi Non-Human

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43

Usai Dicopot Ketua Golkar Sumut, Ijeck Belum Komunikasi dengan Doli

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:12

Exynos 2600 Dirilis, Chip Smartphone 2nm Pertama di Dunia

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:52

Akui Kecewa Dicopot dari Ketua DPD Golkar Sumut, Ijeck: Mau Apalagi? Kita Terima

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:42

Bahlil Sentil Senior Golkar: Jangan Terlalu Lama Merasa Jadi Ketua Umum

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:22

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Sekretaris Golkar Sumut Mundur, Ijeck Apresiasi Kesetiaan Kader

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:06

Dana Asing Banjiri RI Rp240 Miliar Selama Sepekan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:01

Garda Satu dan Pemkab Tangerang Luncurkan SPPG Tipar Raya Jambe

Sabtu, 20 Desember 2025 | 13:38

Selengkapnya