Berita

Dewan Hak Asasi Manusia PBB lainnya menutup penyelidikan kejahatan perang di Yaman/Net

Dunia

Dewan HAM PBB Resmi Akhiri Penyelidikan Kejahatan Perang di Yaman

JUMAT, 08 OKTOBER 2021 | 22:28 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Bahrain, Rusia dan sejumlah negara anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB lainnya mendorong penutupan penyelidikan kejahatan perang di Yaman, melalui pemungutan suara yang digelar pada Kamis (7/10).

Langkah ini menandai kekalahan yang menyakitkan bagi negara-negara Barat yang berusaha untuk menjaga agar misi tersebut tetap berjalan.

Para negara anggota secara sempit memilih untuk menolak resolusi yang dipimpin oleh Belanda untuk memberikan waktu dua tahun lagi kepada para penyelidik independen untuk memantau kekejaman dalam konflik Yaman.


Dalam pemungutan suara yang diadakan oleh Bahrain, 21 negara memberikan suara menentang resolusi Belanda termasuk China, Kuba, Pakistan, Rusia, Venezuela dan Uzbekistan. Sementara itu, 18 negara termasuk Inggris, Prancis dan Jerman memilih untuk mendukungnya.

Ada tujuh suara abstain dan delegasi Ukraina tidak hadir. Pada badan tersebut, Amerika Serikat hanya memiliki status sebagai pengamat.

Dengan hasil pemungutan suara itu, maka untuk pertama kalinya dalam 15 tahun sejarah Dewan Hak Asasi Manusia PBB bahwa sebuah resolusi ditolak.

Padahal, para penyelidik independen telah mengatakan di masa lalu bahwa potensi kejahatan perang telah dilakukan oleh semua pihak dalam konflik yang berlangsung selama tujuh tahun di Yaman.

Bukan hanya itu, lebih dari 100 ribu orang meninggal dunia dan 4 juta orang lainnya mengungsi.

Menyikap langkah itu, Duta Besar Belanda untuk badan tersebut, Peter Bekker mengatakan pemungutan suara itu merupakan kemunduran besar.

"Saya tidak bisa tidak merasa bahwa Dewan ini telah mengecewakan rakyat Yaman," katanya kepada para delegasi.

"Dengan pemungutan suara ini, Dewan telah secara efektif mengakhiri mandat pelaporannya, itu telah memotong jalur kehidupan rakyat Yaman ke komunitas internasional," sambungnya, seperti dikabarkan CNN.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres masih percaya ada kebutuhan untuk akuntabilitas di Yaman.

"Kami akan terus mendesak pertanggungjawaban di Yaman, tempat di mana warga sipil telah melihat kejahatan berulang yang dilakukan terhadap mereka," kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya