Militan bersenjata Taliban melakukan penjagaan ketat di rongga batu yang menganga yang pernah menampung dua buah patung kuno Buddha yang terletak di Provinsi Bamiyan/Net
Militan bersenjata Taliban melakukan penjagaan ketat di rongga batu yang menganga yang pernah menampung dua buah patung kuno Buddha yang terletak di Provinsi Bamiyan pekan ini.
Situs patung Buddha itu merupakan situs bersejarah yang telah berdiri selama sekitar 1.500 tahun yang lalu. Namun Taliban semasa akhir pemerintahan pertama mereka di tahun 2001 silam memerintahkan penghancuran situs dengan meledakkannya dengan dinamit sehingga patung Buddha pun hancur berkeping-keping.
Pada masa itu Taliban berdalih bahwa penghancuran dilakukan karena situs itu bertentangan dengan keyakinan mereka.
"Para Buddha dihancurkan oleh otoritas Taliban pada tahun 2001," begitu bunyi plakat perunggu yang dipasang di situs bebatuan itu.
Setelah Taliban kembali berkuasa, situs itu dijaga ketat oleh para. militan. Bendera putih Taliban berkibar di gerbang terdekat. Sementara itu, dua militan Taliban yang menenteng senjata hanya berkeliaran di sekitar lokasi untuk melakukan penjagaan.
Tidak jelas maksud dari penjagaan ketat Taliban itu.
Menurut sejarawan Ali A Olomi dari Penn State Abington University, perdana Menteri baru Afghanistan Mohammad Hassan Akhund diketahui merupakan salah satu "arsitek" penghancuran patung Buddha di situs tersebut.
Baru-baru ini, anggota muda Taliban Saifurrahman Mohammadi juga angkat bicara mengenai penghancuran patung Buddha tersebut.
"Yah ... saya tidak bisa berkomentar banyak," kata Mohammadi, yang baru-baru ini ditunjuk sebagai pejabat urusan kebudayaan provinsi Bamiyan.
"Tapi yang pasti sekarang kita berkomitmen untuk melindungi warisan sejarah negara kita. Itu tanggung jawab kita," sambungya.
Mohammadi mengatakan dia baru-baru ini berbicara dengan pejabat UNESCO yang melarikan diri ke luar negeri setelah pengambilalihan Taliban untuk meminta mereka kembali ke Afghanistan dan menjamin keselamatan mereka.
Pejabat lokal dan mantan karyawan UNESCO yang sebelumnya berbasis di sana mengatakan kepada
AFP bahwa sekitar seribu artefak tak ternilai yang pernah disimpan di gudang terdekat dicuri atau dihancurkan setelah pengambilalihan Taliban.
"Saya mengkonfirmasi bahwa penjarahan memang terjadi, tapi itu terjadi sebelum kedatangan kami," kata Mohammadi. Dia menyalahkan pencurian pada kekosongan yang ditinggalkan oleh otoritas lama setelah mereka melarikan diri.
"Kami sedang menyelidiki dan kami berusaha untuk mendapatkan mereka kembali," tambahnya.