Berita

Koalisi Masyarakat Indonesia (Komando) geruduk Istana Negara/Ist

Nusantara

Koalisi Masyarakat Indonesia Geruduk Istana Negara, Persoalkan Investasi Rp2,1 Triliun Telkomsel ke Gojek

SABTU, 02 OKTOBER 2021 | 04:06 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Sekolompok orang yang menatasamakan diri Koalisi Masyarakat Indonesia (Komando) geruduk Istana Negara, Jakarta, Jumat siang (1/10).

Kedatangan mereka untuk menyampaikan persoalan investasi Telkomsel kepada perusahaan tranpostasi daring, Gojek senilai Rp 2,1 triliun.

Kordinator aksi, Prasetyo mengatakan, persoalan itu terutama soal legalitas investasi dalam hal izin dari Singapore Telecommunication (Singtel). Pasalnya, saham mayoritas Telkomsel memang dimiliki perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Telkom sebesar 65 persen dan 35 persen lainnya dipegang Singtel.

Karena uang yang digunakan untuk investasi ke Gojek adalah uang negara, kata Prasetyo, maka setiap satu rupiah yang keluar dari kas negara wajib dipertanggungjawabkan.

"Terlebih jika uang tersebut jumlahnya triliunan rupiah. Mau tidak mau hal itu harus dilaksanakan dalam mekanisme yang jelas dan transparan untuk penggunaannya," kata Prasetyo.

Apalagi kata Prasetyo, belum jelas juga untung rugi dari investasi Telkomsel pada Gojek. Termasuk juga soal tujuan investasi dan faktor risiko yang belum ada kejelasan.

Bahkan, dia memandang alasan investasi sebagai apresiasi pada perusahaan dalam negeri seperti Gojek, tidak masuk akal. Begitu juga jika soal pengolahan big data, maka Telkomsel dia yakini lebih baik dari Gojek.

"Alasan Telkomsel berinvestasi ke Gojek karena untuk mengapresiasi karya anak bangsa adalah alasan yang dibuat-dibuat. Big Data yang dimiliki Telkomsel jauh lebih besar dari Gojek. Investasi dengan uang negara sebesar itu bisa digunakan fokus untuk mengembangkan internal perusahaan," tegasnya..

Dia melanjutkan, investasi Telkomsel ke Gojek merupakan langkah yang tidak cerdas. Hal ini jika melihat saham Gojek tidak diminati publik meski telah merger dengan Tokopedia.

"Faktornya bisa banyak yang membuat suatu perusahaan bisa menjadi tak punya nilai. Jika hal ini terjadi pada Telkomsel, lalu siapa yang akan bertanggung jawab atas kerugian uang negara tersebut?," pungkasnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Halal Bihalal Partai Golkar

Selasa, 16 April 2024 | 01:21

UPDATE

Naik 23,1 Persen, Realisasi Belanja Pemerintah Capai Rp427,6 T pada Maret 2024

Jumat, 26 April 2024 | 15:56

Ketua DPRD DKI Komplain Anggaran Kelurahan 5 Persen Kegedean

Jumat, 26 April 2024 | 15:54

Samsung Luncurkan Pengisi Daya Port Ganda 50W, Dibanderol Rp1,2 Jutaan

Jumat, 26 April 2024 | 15:29

World Water Forum ke-10, Momentum bagi Indonesia Perbaiki Insfastruktur Air

Jumat, 26 April 2024 | 15:26

Legislator Senayan Pasang Badan untuk Pelanggan Korban Telkom

Jumat, 26 April 2024 | 15:25

TPDI: Aset Korupsi Jangan Jadi Bancakan

Jumat, 26 April 2024 | 15:18

APBN RI Surplus Rp8,1 Triliun pada Maret 2024

Jumat, 26 April 2024 | 15:14

Pesan Mahfud MD ke Prabowo: Benahi Hukum

Jumat, 26 April 2024 | 15:07

Laku Keras, Mobil Xiaomi SU7 Amankan 75.723 Pesanan

Jumat, 26 April 2024 | 15:05

Penuhi Kebutuhan Darah, Ratusan Polwan Ikut Jadi Pendonor

Jumat, 26 April 2024 | 15:01

Selengkapnya