Berita

Kemenangan kelompok militan Taliban di Afghanistan membuat banyak negara Afrika cemas karena meningkatkan ancaman teror dan perdagangan obat terlarang/Net

Dunia

Taliban Kuasai Afghanistan, Afrika Cemas

SELASA, 07 SEPTEMBER 2021 | 22:35 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Kemenangan kelompok militan Taliban di Afghanistan membuat banyak negara Afrika cemas.

Bukan tanpa alasan, pasalnya, ketika Taliban mengambil alih Kabul, kemenangan mereka dirayakan oleh banyak kelompok teror di Afrika seperti Al-Shabaab Somalia dan kelompok afiliasi Al-Qaeda di Afrika Barat, Jamaat Nusrat al-Islam wal-Muslimin (JNIM).

Kelompok-kelompok teror tersebut aktif di berbagai bagian Afrika dan telah berkembang dalam aspek jangkauan, kecanggihan, dan pengaruh mereka selama satu dekade terkhir. Negara-negara Afrika seperti Somalia, Mali dan Nigeria pun gencar memerangi mereka selama bertahun-tahun belakangan meski kewalahan.


Untuk mendukung operasi kontra-teror di Afrika, kekuatan besar seperti Prancis dan Amerika Serikat pun ikut turun tangan. Prancis adalah mitra keamanan utama dalam operasi anti-teror yang dilakukan di seluruh wilayah Sahel, yang mencakup Afrika Barat dan Tengah.

Meski begitu,ancaman teror di banyak negara Afrika tidak juga berkurang secara signifikan. Bahkan sebaliknya, Afrika berkembang menjadi lahan yang sangat subur bagi penyebaran terorisme.

Sejumlah wilayah paling menantang adalah wilayah perbatasan antara Mali, Burkina Faso dan Niger. Bahkan misi penjaga perdamaian PBB di Mali dijuluki sebagai “misi penjaga perdamaian paling berbahaya”, karena begitu berbahayanya wilayah tersebut.

Bukan hanya itu, pertumuhan terorisme juga sulit dibendung di sekitar lembah Danau Chad di mana perbatasan Nigeria, Niger dan Chad.

Kondisi itu diperburuk dengan rencana Prancis untuk mengurangi kehadiran pasukannya di wilayah itu dari sekitar 5.000 menjadi 2.500 pada awal tahun depan. Kelompok teror melihatnya sebagai kemenangan mereka melawan pasukan asing.

Padahal, dukungan asing dan utamanya pasukan Prancis, sangat penting dalam perang melawan teroris Islam di wilayah Sahel. Ada persamaan yang harus dilihat antara pengurangan kehadiran pasukan Prancis dari Sahel dan penarikan pasukan Amerika Serikat di Afghanistan.

Bukan hanya itu, Chad sebagai mitra regional penting dalam operasi kontra-teror yang dilakukan di seluruh wilayah itu juga berencana untuk mengurangi kehadiran pasukannya hingga setengah dari pasukan G-5 Sahel. G-5 sendiri terdiri dari lima negara di Sahel yakni Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania dan Niger. Mereka berkolaborasi untuk mengekang terorisme.

Namun Chad memutuskan untk memangkas kehadiran pasukan demi memerangi pemberontak di dalam negeri. Padahal militer Chad dianggap sebagai kekuatan yang mampu di wilayah Sahel dan oleh karena itu, keluarnya pasukan Chad bersama dengan pasukan Prancis kemungkinan akan berdampak buruk pada operasi anti-teror di kawasan itu.

Penarikan Prancis kemungkinan akan paling mempengaruhi Mali. Pasalnya, kegagalan pasukan Mali pada 2012-2013 untuk menghentikan pasukan teror dari Utara telah mendorong intervensi Prancis secara besar-besaran.

Sejak saat itu, Mali bergantung pada pasukan Prancis. Banyak yang percaya bahwa situasi di Mali dan Afghanistan sebanding. Mali dianggap memiliki struktur negara yang lemah yang sangat bergantung pada dukungan asing, terutama Prancis.

Sementara itu di Afrika Timur, Al-Shabaab, yang beroperasi di Somalia yang tidak stabil, tetap menjadi ancaman yang kuat. Pada akhir 1990-an, teroris Al-Qaeda di Afrika Timur telah menyerang kedutaan besar Amerika Serikat di Kenya dan Tanzania, yang menewaskan ratusan orang.

Bahkan sekarang, negara Somalia yang rapuh dan kemampuan keamanan internal yang lebih lemah kemungkinan akan dieksploitasi oleh Al-Shabaab. Kelompok teror itu juga telah menguasai Mozambik utara dan juga beroperasi di Republik Demokratik Kongo (DRC).

Dukungan asing termasuk bantuan militer, pelatihan dan serangan udara yang ditargetkan sangat penting untuk menahan ancaman teror yang muncul dari Somalia.

Ancaman Obat-Obatan Terlarang

Selain ancaman terorisme, dengan kemenangan Taliban di Afghanistan, negara-negara Afrika Timur juga kini khawatir tentang potensi peningkatan perdagangan gelap obat-obatan karena Afghanistan adalah salah satu produsen heroin terbesar.

Dalam beberapa tahun terakhir, garis pantai Afrika Timur dan Selatan telah muncul sebagai bagian integral dari rute penyelundupan narkoba yang dikenal sebagai 'rute selatan'. Melalui jalur ini, heroin dari Afghanistan dikirim ke pasar barat.

Pasar konsumen untuk heroin tumbuh di wilayah Afrika Timur dan Selatan. Jaringan penyelundupan juga memiliki hubungan dengan kegiatan kriminal di Afrika Timur.

Sebelumnya, pemerintah Afghanistan yang didukung Amerika Serikat telah mengambil tindakan, meskipun tidak berhasil, untuk mengekang penanaman opium. Namun kini, negara-negara Afrika Timur sekarang khawatir dengan Taliban yang bertanggung jawab atas Afghanistan. Mereka khawatirpenyelundupan heroin kemungkinan akan meningkat.

Beberapa elemen Taliban, terutama yang berada di Afghanistan selatan, memiliki hubungan yang dalam dengan penyelundupan narkoba dan faktanya, menurut laporan, mereka menghasilkan uang melalui perdagangan narkoba.

Apa yang Bisa Dipelajari Afrika?

Mengutip India Narrative, ada pelajaran yang bisa dipetik dari perkembangan terakhir di Afghanistan. Pakar keamanan menasihati pemerintah Afrika untuk mengambil langkah korektif untuk memastikan bahwa teroris tidak mendapatkan tempat lebih jauh.

Ada pandangan bahwa pengurangan pasukan Prancis dari Sahel merupakan sinyal buruk bagi upaya kontra-teror. Oleh karena itu, Prancis harus memikirkan kembali keputusan untuk mengurangi kehadiran pasukannya.

Di samping itu, memperbaiki masalah seperti defisit tata kelola juga perlu dilakukan demi menghasilkan pembangunan ekonomi dan menciptakan peluang bagi penduduk lokal untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Itu adalah kunci dalam memerangi terorisme.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya