Berita

Sastrawan Budi Darma/Net

Nusantara

Mengenang Budi Darma, Sang Maestro Sastra

MINGGU, 22 AGUSTUS 2021 | 20:11 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Indonesia telah kehilangan sosok legenda sastra bernama Budi Darma. Maestro sastra 84 tahun itu telah meninggalkan dunia pada Sabtu (21/8) pukul 06.00 WIB.

Lahir di Rembang, 25 April 1937, Budi Darma mengembuskan napas terakhirnya setelah berjuang melawan Covid-19 di Rumah Sakit Islam A Yani Wonokromo, Surabaya.

Budi Darma merupakan putra keempat dari enam bersaudara. Ayahnya yang seorang pegawai kantor pos dengan tugas berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain.


Kemudian, ia menyelesaikan pendidikan di Jurusan Sastra Barat Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1963, kemudian Universitas Hawaii pada 1971. Pada 1976, ia juga menyabet gelar MA di Universitas Indiana, Bloomington dan Ph.D di universitas yang sama pada 1980.

Proses menulis Budi Darma dimulai sejak 1968. Hingga kini, banyak tulisan-tulisannya yang dikenal, seperti Olenka (1983), Ny. Talis (1996), hingga Rafilus (1998). Ia juga menerbitkan kumpulan cerpen berjudul Orang-orang Bloomington (1981), dan berbagai kumpulan esai.

Selama sepak terjangnya, Budi Darma berhasil meraih berbagai penghargaan, baik nasional, regional, maupun internasional. Beberapa kali ia mendapatkan gelar warga Surabaya berprestasi.

Lewat novel Olenka, ia juga mendapat Hadiah Pertama Sayembara Mengarang Roman DKJ 1980 dan Hadiah Sastra DKJ 1983. Setahun berikutnya, ia menggaet Hadiah Sastra ASEAN. Berbagai penghargaan lainnya juga ia dapatkan dari Dewan Kesenian Jakarta, SEA Write Award, dan Anugerah Seni Pemerintah RI.

Nama Budi Darma tidak hanya dikenal di dalam negeri. Ia kerap diundang untuk melakukan penelitian mengenai sastra Inggris dan Amerika. Bukunya juga dibahas di Brunei Darrusalam, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Sehari setelah sepeninggal Budi Darma, perkumpulan penulis Indonesia, Satu Pena, membuat sebuah penghormatan dengan menggelar diskusi "Mengenang Prof. Dr. Budi Darma dan Kontribusinya bagi Sastra Indonesia" pada Minggu sore (22/8).

Diskusi itu dibuka dengan Lagu Indonesia Raya, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan sepenggal alinea cerpen karya Budi Darma "Laki-laki Pemanggul Goni" oleh Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim.

Diskusi sendiri menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Gurubesar Universitas Darma Persada Albertine Minderop dan sastrawan Eka Budianta. Mereka banyak membahas sosok Budi Darma dan karakteristik karya-karyanya.

Menurut Eka Budianta, lewat tulisan-tulisannya, Budi Darma telah mendorong kebebasan berpikir dan berimajinasi. Ia juga mengutip tulisan Budi Darma: "Rafilus telah mati dua kali. Kemarin dia mati. Hari ini, tanpa pernah hidup kembali, dia mati lagi."

"Kalimat seperti ini hanya bisa ditulis oleh Budi Darma. Apa yang istimewa dari tulisan-tulisan Pak Budi Darma? Pembacanya pun merasa pintar kalau mengerti. Itu salah satu cara Pak Budi Darma menghormati pembaca. Absurdisme, kebebasan berimajinasi, tapi tetap santun," ujarnya.

Sementara itu, Albertine Minderop menyoroti karya-karya Budi Darma yang dipenuhi ironi dan tragedi. Dalam karya-karyanya, Budi Darma juga menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu "aku", yang dinilai Albertine dapat membukakan perasaan, pikiran, dan harapan.

"Kemudian ada guilty feeling (perasaan bersalah), kekecewaan, ironi, dan tragedi. Tapi ada mistik. Itulah ciri khas Budi Darma, ada unsur-unsur keagamaan. Beliau adalah moralis," tambahnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya