Hadia Essazada, melarikan diri dari Afghanistan ke AS/Net
Kemenangan Taliban atas Afghanistan membuka luka lama seorang gadis 20 tahun yang harus menyaksikan penyiksaan yang dialami ayah dan adik laki-lakinya, disusul dengan kematian adiknya itu dengan cara yang tragis.
Sambil menangis, Hadia Essazada mengisahkan bahwa ayah dan saudara laki-lakinya dipukul dan diseret oleh kelompok itu yang datang menggeruduk rumahnya.
"Ayah dan saudara laki-laki saya adalah bagian yang ikut berjuang melawan kekuasan Taliban di tahun 1990," isak Essazada.
Karena hal itu pulalah, dua orang yang sangat dicintainya harus menjadi sasaran Taliban.
"Pertama kali mereka memukuli ayah saya dengan tongkat besi karena mereka mencari adik saya," katanya.
Ayah dan adiknya melarikan diri dari rumah mereka di utara kota Mazar-I-Sharif. Tetapi setelah enam bulan, Taliban kembali mendatangi rumah mereka dan menyeret adiknya lalu membawanya pergi.
"Saya tidak tahu berapa hari telah berlalu ketika seorang penjaga toko di lingkungan kami datang kepada ayah saya untuk memberi tahu dia bahwa putranya terbunuh," katanya.
Adiknya telah menjadi korban kebiadaban Taliban. Mayat adiknya diseret ke jalan-jalan, lalu dibiarkan begitu saja. Selama berminggu-minggu tidak ada yang berani mendekati jenazah itu karena ancaman Taliban, sampai kemudian jenazah itu menjadi santapan anjing jalanan.
Trauma itu yang membuat Essazada kini tergidik saat mendengar kemenangan Taliban atas tanah airnya. .
Meski kini Essazada telah tinggal di Amerika dan berusia 20 tahun, luka lama itu tidak bisa ia lupakan begitu saja.
Ia yakin, Taliban tidak seperti yang dijanjikannya belakangan ini bahwa mereka akan berlaku damai dan meninggalkan ektremisme.
"Mereka tidak akan berubah sedikit pun," ujar Essazada.
Essazada terus menangis mendengar Taliban kembali memegang kendali atas Afghanistan. Membuatnya tidak akan pernah ingin menginjakkan kakinya di sana.
Dalam kesedihan ia bertanya kepada BBC, "Apakah Anda benar-benar ingin kembali ke Afghanistan lagi?"
Kemajuan Taliban dalam merebut kembali Afghanistan membuat semua pihak menyalahkan keputusan Presiden Joe Biden atas penarikan AS yang tergesa-gesa.
Bagi para pengkritiknya, keputusan untuk mengakhiri konflik terpanjang di Amerika telah membatalkan kerja keras dan pengorbanan selama 20 tahun. Membuka jalan bagi bencana kemanusiaan dan mempertanyakan kredibilitas AS.
Ketika Biden mengatakan Afghanistan bisa mengurus sendiri negaranya setelah penarikan pasukan, banyak pihak yang skeptis. Sekarang, hal itu terbukti. Afghankistan telah jatuh.
Kekalahan Afghanistan memunculkan pertanyaan, apakah pemilih Biden akan menyesali langkah Biden itu.
Dalam masa kampanyenya untuk pemilihan presiden, Biden mengatakan bahwa AS seharusnya memiliki pasukan di Afghanistan hanya untuk memastikan bahwa tidak mungkin bagi Taliban dan ISIS atau al-Qaeda untuk membangun kembali pijakan di sana.