Berita

Novel Baswedan/Net

Hukum

Novel Baswedan dkk Gagal Paham Hukum, Forum Mahasiswa: Yang Dibangun Malah Narasi Pembodohan

JUMAT, 13 AGUSTUS 2021 | 14:22 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Langkah Novel Baswedan dan kawan-kawannya (dkk) dalam menyikapi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapat kritik dari kalangan mahasiswa.

Mereka yang mengatasnamakan diri sebagai Forum Pemuda Mahasiswa Hukum Indonesia menilai sikap Novel Baswedan dkk telah gagal memahami hukum.

Karena menurutnya secara hukum, keputusan TWK KPK merupakan objek dari keputusan lembaga negara, yang berarti produk ketetapan tersebut merupakan sebuah keputusan Tata Usaha Negara (TUN).

"Novel Baswedan dkk serta merta mengesampingkan prinsip-prinsip hukum tata negara dalam proses membela diri," kata Koordinator Forum Pemuda Mahasiswa Hukum Indonesia, Gurun Arisastra, dalam konferensi persnya di Jakarta, Jumat (13/8).

Bila keputusan kelulusan pada proses TWK adalah bentuk keputusan tata usaha negara, Gurun Arisastra melihat seharusnya Novel Baswedan dkk melayangkan gugatan TUN ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Karena yang menjadi sengketa adalah keputusan TUN-nya, bukan teknis administrasinya.

"Ajukan ke PTUN dong, lakukan tindakan hukum, bukan dengan membangun narasi terus menerus. Ini pembodohan di masyarakat dan menciptakan kegaduhan,” ujarnya.

Terkait materi sengketa TUN tersebut, Gurun Arisastra memaparkan Pasal 1 Angka 10 UU 51/2009, yang berbunyi, "sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku".

Maka dari itu, Gurun Arisastra memandang KPK telah melaksanakan fungsinya, dan sesuai dengan prinsip asas-asas umum pemerintahan yang baik.

"Lembaga KPK sebagai lembaga ujung tombak pemberantasan korupsi sudah memenuhi prinsip penyelenggaraan yang bersih dan bebas dari KKN, dan asas-asas umum pemerintahan yang baik," tandasnya.

Lebih lanjut, Gurun Arisastra menekankan bahwa TWK KPK yang disoal Novel Baswedan dkk terkesan mengesampingkan hukum tata negara. Bahkan, langkahnya dalam membela diri dinilai mengadu domba KPK vs Ombudsman.

Ditambah dengan upaya Novel Baswedan dkk mengajukan permohonan sidang informasi publik ke Komisi Informasi Publik (KIP), yang dinilai Gurun Arisastra sebagai bentuk drama yang tendesius dengan kepentingan kelompok Novel Baswedan dkk.

"Melihat sejarah gerakan pembelaan Novel dkk, di mana awal dari gerakan ini adalah penolakan untuk dijadikannya seluruh pegawai KPK aparatur sipil negara ( ASN ) tapi dalam proses perjalanan gerakan Novel dkk memaksa untuk dijadikan ASN. Ini sebagai bentuk drama yang tendesius dengan kepentingan kelompok Novel DKK," tutupnya.

Dalam kesempatan itu, Forum Pemuda Mahasiswa Hukum Indonesia juga sejumlah poin tuntutan kepada Novel Baswedan dkk, yang isinya adalah sebagai berikut:

1. Agar Novel Baswedan Dkk stop narasi pembodohan hukum pada masyarakat.

2. Meminta Novel Baswedan dkk, bila tidak menerima keputusan hasil TWK, untuk melakukan upaya hukum di PTUN bukan membangun citra ataupun narasi politik.

3. Meminta kepada Novel Baswedan dkk untuk tidak mengadu domba lembaga negara KPK dengan Ombudsman.

Sampai saat ini, Novel Baswedan dkk belum mengajukan sengketa TUN ke PTUN, setelah dinyatakan tidak lulus seleksi TWK KPK.

Populer

Pengamat: Kembalikan Citra, Hery Gunardi Pantas Dicopot Jadi Dirut BSI

Sabtu, 22 Juni 2024 | 19:46

Bermain Imbang Tanpa Gol, Laga Prancis Vs Belanda Diwarnai Kontroversi

Sabtu, 22 Juni 2024 | 04:09

Bey Machmudin Ingatkan Warga Jangan Coba-coba Mengakali PPDB

Selasa, 25 Juni 2024 | 03:45

Bey Machmudin akan Serius Tangani Judi Online di Jabar yang Tembus Rp3,8 T

Rabu, 26 Juni 2024 | 18:20

Bey Ingatkan Gen Z Tak Jadikan Lansia Tulang Punggung Keluarga

Kamis, 20 Juni 2024 | 06:00

Bey Perintahkan Pemkot Bandung Pulihkan Sungai Citarum

Kamis, 20 Juni 2024 | 03:00

Wali Kota Semarang Gratiskan Biaya di 41 SMP Swasta

Minggu, 23 Juni 2024 | 00:46

UPDATE

Nyaris Dipermalukan Slovakia, Inggris Susah Payah ke Perempat Final

Senin, 01 Juli 2024 | 01:53

Tokoh Pemuda Maluku Ingatkan SKK Migas Segera Tuntaskan LNG Abadi Masela dan Blok Seram

Senin, 01 Juli 2024 | 01:34

PAN Medan: Zulkifli Hasan Pantas Kembali Memimpin hingga 2030

Senin, 01 Juli 2024 | 01:08

Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Pangandaran, Tak Berpotensi Tsunami

Senin, 01 Juli 2024 | 00:41

Prabowo Bersyukur Operasi Kaki Kiri di RSPPN Berjalan Lancar

Senin, 01 Juli 2024 | 00:25

Bongkar 54 Kasus, Kapolres Lampura Terima Penghargaan

Minggu, 30 Juni 2024 | 23:59

Bapanas Pastikan Harga Pangan dalam Kondisi Stabil

Minggu, 30 Juni 2024 | 23:29

Suhu Jemaah Haji Dicek saat Tiba di Asrama

Minggu, 30 Juni 2024 | 22:39

Ahmed Zaki Iskandar Ngaku Belum Cukup Populer di Jakarta

Minggu, 30 Juni 2024 | 22:16

Istilah Tamak Tak Ada dalam Unsur Delik yang Didakwakan

Minggu, 30 Juni 2024 | 21:42

Selengkapnya