Ibu Negara Haiti Martine Moise ketika mengantar kepergian sang suami, Presiden Jovenel Moise/Net
Duka mendalam tampak masih dirasakan oleh Martine Moise, istri Presiden Haiti Jovenel Moise yang tewas dibunuh oleh gerombolan orang-orang bersenjata pada 7 Juli.
Martine yang juga terluka parah dalam insiden mengerikan itu mengungkap kegeramannya dalam prosesi pemakaman sang suami yang berlangsung di Cap-Haitien pada Jumat (23/7).
Pemakaman dilakukan dengan penjagaan ketat dengan diiringi oleh aksi protes di sekitar lokasi. Demonstran menyebut sejumlah pejabat yang ikut hadir dalam prosesi pemakaman merupakan dalang pembunuhan Moise.
Sejauh ini, polisi Haiti telah menangkap 26 orang yang terkait dengan pembunuhan Moise, sebagian besar adalah mantan tentara Kolombia. Meski begitu, masih belum jelas siapa dalang yang memberikan perintah pembunuhan Moise.
Masih bebasnya pelaku pembunuhan sang suami, membuat Martine menuntut keadilan.
"Mereka ada melihat kami, mendengarkan kami, mereka berharap bisa membuat kami takut. Nafsu darah mereka belum berakhir," ujarnya, seperti dikutip
Sputnik.
Di akhir pidatonya, ia berjanji untuk menemukan pembunuh Moise.
"Pergilah dengan damai, cintaku. Pergi dengan perasaan pencapaian. Kami akan melakukan sisanya," tekan dia.
Prosesi pemakaman Moise dihadiri oleh Perdana Menteri baru Haiti Ariel Henry, beserta sejumlah delegasi asing, termasuk dari Amerika Serikat (AS).
Ketika bentrokan terjadi dengan tembakkan mengganggu acara, delegasi asing langsung meninggalkan lokasi.