Berita

Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra/Net

Politik

Penuding Tidak Menjawab Substansi, Mereka Lebih Fokus Bunuh Karakter Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra

KAMIS, 01 JULI 2021 | 17:06 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Setelah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) menjuluki Presiden RI, Joko Widodo sebagai the king of lip service, lalu muncul tudingan tidak sedap kepada Ketua BEM UI, Leon Alvinda Putra.

Ketua BEM UI itu dituding asuhan Cikeas (Partai Demokrat) dan pendukung Front Pembela Islam (FPI). Bahkan, Leon sebagai anggota HMI disebut beafiliasi ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, M. Jamiluddin Ritonga mengatakan, tudingan tersebut tampaknya sengaja disampaikan secara vulgar untuk mengalihkan perhatian dari masalah yang diperdebatkan, ke sifat atau reputasi dan kredibilitas pribadi Leon.


"Para penuding tidak menjawab substansi kenapa muncul julukan "Jokowi: The King of Lip Service", tapi mereka lebih fokus merusak reputasi dan kredibilitas Leon," ujar Jamiluddin, Kamis (1/7).

Menurutnya, tujuan mereka jelas, dengan rusaknya reputasi dan kredibilitasnya, publik diharapkan tidak mempercayai Leon dan BEM UI yang dipimpinnya.

"Publik diharapkan menjadi antipati dan berbalik menyerang Leon dan BEM UI," tegas Jamiluddin, mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta itu.

Upaya pembunuhan karakter atau character assassination semacam ini memang kerap terjadi di Indonesia. Diskursus menjadi tidak berkembang karena pihak-pihak yang berwacana lebih fokus menyerang orangnya daripada apa yang diwacanakan.

Akibatnya, bukan solusi yang dihasilkan dari sebuah wacana. Wacana justru berkembang pada bertebarannya stigma-stigma negatif yang ditujukan kepada pihak-pihak yang berwacana.

Celakanya, jelas Jamiluddin, pada kasus BEM UI, para pemberi stigma negatif itu datang dari orang-orang terdidik dan bahkan ada yang sudah dedengkot di dunia politik. Mereka tega memberi stigma negatif kepada para mahasiswa yang memang masih belajar berwacana.

"Mereka justru memberi contoh tidak baik kepada juniornya dalam berwacana. Anehnya mereka justru terkesan bangga melakukan hal itu," imbuh dia menyayangkan.

Kalau mahasiswa terus diajarkan berwacana dengan membunuh karakter seseorang, maka mereka dikhawatirkan akan melakukan hal yang sama di kemudian hari. Kalau ini yang terjadi, tentu berbahaya bagi perkembangan komunikasi politik di Tanah Air.

"Akibatnya, wacana tidak akan pernah produktif. Setiap wacana akan selalu diiringan pembunuhan karakter, yang dapat melahirkan dendam. Tentu ini tidak sehat untuk komunikasi politik di negeri tercinta," ucap Jamiluddin.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya