Berita

Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Pusat, Teguh Santosa/Rep

Politik

Ketum JMSI: Pembaca Harus Proaktif Ketika Ragu Pada Berita Yang Beredar Di Media Sosial

Karya Akademik Dan Jurnalistik, Sama-sama Berangkat Dari Fakta
SABTU, 19 JUNI 2021 | 13:25 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Ada kemiripan karakteristik antara karya yang dihasilkan dunia akademik dengan karya jurnalistik yang diproduksi media massa, termasuk media massa yang menggunakan platform digital.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Pusat, Teguh Santosa dalam Dialog Publik dengan tema "Peran Media dan Dunia Pendidikan Menangkal Berita Hoax dan Radikalisme" yang diselenggarakan JMSI Kalimantan Timur, Sabtu pagi (19/6).

Teguh menjelaskan, karya akademik dan karya jurnalistik sama-sama berdasarkan pada fakta dan persoalan yang berkembang di tengah kehidupan masyarakat.

"Dalam karya akademik proses mengungap dan meneliti (suatu persoalan faktual) memakan waktu yang lebih panjang. Satu teori bisa diperbaharui mungkin waktu satu tahun, mungkin lima tahun, mungkin beberapa tahun kemudian," terang pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta itu.

"Sementara dalam dunia jurnalistik, proses untuk memperbaharui informasi membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat," imbuh Teguh melanjutkan.

Selain Teguh Santosa, pembicara lain dalam diskusi ini adalah Ketua JMSI Kaltim, Mohammad Sukri, Wakil Rektor I IKIP PGRI Kalimantan Timur, Elbadiansyah, dan Wakil Ketua DPRD Kaltim, Seno Aji.

Masih dijelaskan Teguh, pada masa sebelum platform digital berkembang luas, proses pemberitaan membutuhkan waktu setidaknya setidaknya 24 jam untuk media massa cetak harian, atau beberapa jam untuk media massa elektronik seperti televisi dan radio.

Setelah platform digital berkembang menjadi platform mainstream yang digunakan berbagai kantor media massa, waktu yang dibutuhkan  dalam proses produksi pun menjadi lebih singkat.

Kecepatan sepintas menjadi kata kunci dalam pemberitaan media siber. Seakan-akan, kecepatan jauh lebih penting daripada akurasi. Padahal, sambung Teguh, dalam praktik jurnalistik media siber sekalipun, kebenaran atau akurasi jauh lebih penting daripada kecepatan.

Pada bagian lain Teguh memberikan tips kepada khalayak pembaca untuk mengetahui informasi hoax di media sosial.

Dia mengatakan, masyarakat pembaca perlu mengetahui terlebih dahulu apakah informasi yang diperoleh tersebut berasal dari pemberitaan media massa berbasis internet yang kredibel atau tidak.

Untuk mengetahui kredibilitas media massa berbasis internet, Teguh menyarankan untuk mencari tahu siapa pengelola media massa tersebut.

Tidak cukup itu, perlu juga mengunjungi website resmi Dewan Pers untuk memeriksa apakah media massa tersebut terdaftar di Dewan Pers atau tidak.

Masyarakat pembaca juga perlu melakukan pemeriksaan ulang terhadao berita yang disiarkan media itu dengan yang disiarkan media lain yang sudah diketahui kredibilitasnya.

“Kita lihat link berita ini. Dari media massa apa? Kita buka dulu medianya. Kita kenali apakah dia memiliki pengelola yang jelas, alamat yang jelas. Buka bagian 'tentang kami' atau ‘redaksi’. Adaka identitas siapa yang buat," terang Teguh.

"Untuk memastikan lagi kita bisa berkunjung ke website Dewan Pers, untuk mengetahui apakah media massa itu sudah terverifikasi, sudah terdaftar atau belum," kata mantan anggota Dewan Kehormatan PWI ini.

Bagi Teguh, langkah-langkah tersebut memang terkesan merepotkan. Tetapi hal ini perlu dilakukan pembaca ketika ragu pada kebenaran suatu informasi.

Masyarakat pembaca pun diingatkan Teguh untuk ikut peduli dengan berita yang mereka baca dan hendak mereka sebarkan.

Dia mengatakan, minat baca yang tinggi juga harus dibarengi dengan daya baca yang tinggi. Artinya, kemauan untuk mengikuti satu persoalan dari berbagai angle dan perspektif.


Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya