Berita

Aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Marwan Batubara/Net

Politik

Bekas Wajib Militer, Marwan Batubara Khawatir TKA China Bisa Ganggu Pertahanan Indonesia

KAMIS, 27 MEI 2021 | 17:19 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Persoalan masuknya ratusan warga negara asing (WNA) asal China tak bisa dipandang sebelah mata. Bermodus sebagai tenaga kerja, mereka bisa saja datang dengan membawa misi yang membahayakan bagi pertahanan dalam negeri.

Hal tersebut disampaikan Aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Marwan Batubara usai melakukan audiensi dengan Komisi IX DPR RI terkait masuknya TKA China ke Indonesia di Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/5).

"Mereka itu (TKA China) sudah terkena wajib militer. Jadi bisa saja nanti kalau ada apa-apa di geopolitik China. China ingin maju, bisa masuk lewat mereka (para TKA yang datang ke Indonesia)," ucap Marwan.

Sejumlah tokoh bangsa seperti Adhie Massardi, Gde Siriana, MS Kaban, hingga Said Didu datang ke Komisi IX siang tadi menyampaikan ringkasan masalah, dan juga pelanggaran terhadap peraturan pemerintah terkait masuknya ribuan TKA China.

"Mulai UU Ketenagakerjaan, Keimigrasian dan sebagainya. Ada delapan (persoalan yang dibahas),  antara lain mereka (TKA) boleh masuk dalam situasi pandemi menggunakan visa kunjungan, harusnya kan visa kerja,” sesalnya.

Tak hanya itu, kualifikasi para TKA China banyak selevel SD, SMP, dan SMA, bukan yang digaungkan pemerintah untuk mendatangkan para ahli yang memiliki standar pendidikan setara S1.

“Ternyata yang SD, SMP, SMA ini populasinya di dua perusahaan yang kita pantau sampai lebih dari 80 persen, yang punya keahlian khusus itu paling 10 persen,” katanya.

Selain itu, Marwan juga heran karena para TKA di Sulawesi Utara untuk pembangunan smelter nikel dibayar di negaranya, bukan di Indonesia.

“Dari situ, turunan masalahnya tidak bayar dana kompensasi penggunaan TKA, itu aturannya PPh juga hilang. Kemudian gajinya itu bisa minimal tiga kali lebih besar daripada gaji pribumi, rata-rata empat kali lebih besar dibanding mereka yang bekerja di sini,” tandasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya