Berita

Foto ilustrasi/Net

Publika

Menjejak Iman Dan Takwa Selepas Lebaran

SELASA, 18 MEI 2021 | 12:59 WIB

DIMANAKAH saya? Setelah Idul Fitri berlalu, adakah perbaikan kualitas hidup kita saat ini dan kemudian hari? Terdapat ruang untuk berpikir sekaligus menata ulang kehidupan.

Sementara itu, arus media massa diisi dengan sumpah serapah dan luapan emosi para pemudik yang diminta putar balik. Kisruh tentang hasil Tes Wawasan Kebangsaan KPK, hingga agresi Israel di tanah Palestina.

Pada kenyataannya, kita belum sampai kepada fitrahnya, untuk kembali kepada kesucian dan memulai segala sesuatunya lebih baik. Angkara murka mengemuka, setelah mampu diredam selama sebulan berpuasa.

Dalam ranah spiritual, jiwa kita tidak kunjung mendapat asupan yang memadai. Bagi umat muslim, puasa adalah ibadah yang dilandasi keimanan serta ketakwaan. Dijalankan dengan penuh kepercayaan bersandar pada ketaatan.

Titik akhir perjalanan Ramadhan adalah kemampuan mengelola diri, membekap hasrat berlebih yang muncul sebagai nafsu syahwat dalam segala kondisinya, merepresi hal-hal buruk untuk beroleh berbagai kebaikan.

Tidak mudah, jelas saja. Manusia adalah makhluk pelupa. Hari ini sadar, sebentar siang tidak lagi ingat. Maka bentuk perulangan adalah bagian dari upaya membenamkan kesadaran itu ke dalam diri.

Perilaku baik tidak hanya diingat semata, tetapi diresapi melalui fase internalisasi ke dalam hati, untuk kemudian diaktualisasi menjadi sebuah tindakan yang penuh kasih serta kehalusan budi.

Konstruksi manusia yang beriman dan bertakwa tidak terbentuk sekejap mata, ada konsistensi dan komitmen yang luhur secara Ilahiah untuk terus menerus berproses menjadi manusia yang seutuhnya manusia.

Mewujud dalam rupa manusia yang mampu melihat, merasa dan berbuat secara manusiawi, selayaknya berbagai perlakuan baik yang disampaikan melalui ajaran agama.

Perjalanan Ramadhan yang dimulai dengan iman dan takwa, harus diakhiri dengan peningkatan iman dan takwa pula.

Dalam rumusan manusia yang beruntung adalah orang-orang yang hari ini mendapatkan lebih baik dari hari kemarin, dan esok lebih baik dari hari ini.

Kita tidak hanya ingin beruntung saja, tetapi juga mendapat limpahan keberkahan. Baik dalam kehidupan di lingkup individu dan sosial, maupun di tingkat domestik maupun dunia yang fana ini.

Yudhi Hertanto
Mahasiswa program doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Sahid.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya