Kandidat Ketua Umum Ikatan Alumni ITB, Gembong Primadjaja/Net
PENGALAMAN dalam komunitas otomotif yang membernya dipersatukan oleh keadaan. Kegiatannya yah kopdar-kopdar, ngumpul ngobrol ngopi, ngoprek mobil bareng, sharing troublehooting dan touring.
Sering juga storing (perbaikan mobil yang mogok/rusak di perjalanan), membantu perbaikan dengan gratis tanpa biaya.
Komunitas berlandaskan kekeluargaan. Tidak ada program yang muluk muluk, hanya tetap guyub dan menjadi rumah.
Rumah tempat berlindung, beristirahat, dan bersendau gurau.
Walaupun komunitas sudah
deactive tidur (efek pandemi, mobil sudah pada dijual, dsb) dan tim URC storing sudah bubar, secara personal saya masih kerap storing. Cerita yang receh sekali yah.
Hal yang sama saya lihat di Ikatan Alumni (IA) ITB. Bedanya, storingnya alumni yang
trouble hahaha. Tentu saja kopdar, ngoprek bisnis alumni, storing alumni
trouble, bukan menjadi program IA ITB. Mungkin masih dianggap "receh" juga.
Hal-hal seperti ini tentu banyak tidak diketahui sebagian besar alumni ITB. Lah mereka tidak pernah kopdar/ngumpul/silaturahmi(sibuk dan tidak ada waktu) dan tidak ada publikasi tentang storing alumni atau ngoprek bareng bisnis, sharing bisnis troubleshooting.
Program IA ITB yang memajukan IA ITB, maju jadi 10 meter ke depan misalnya hahaha.
Atau program agar IA ITB berkuasa? Menjadikan banyak alumni di BUMN atau jadi menteri? Atau malah presiden? Ini baru IA ITB bukan receh-receh.
Terus dapat proyek-proyek? Tidak ada tuh ceritanya menang tender proyek karena pertemanan apalagi karena alumni.
Ada kenalan alumni X, seangkatan sejurusan dan berteman dengan Dirut BUMN...yang dapat proyek yah orang luar.
Ada kenalan Z di Jakarta jad caleg DPR pusat dari partai ABC, berteman baik dengan menteri dari partai ABC. Sang menteri pun datang membuka product launch milik Z. Yang menang tender si Z? oh bukan...tapi orang luar ITB juga hahaha...
Lalu dengan segala cara walau memecah belah alumni dan mengadu domba alumni. Dengan segala cara agar bisa mendrive Ketum IA ITB. Dan kekeluargaan keguyuban alumni IA ITB tidak pernah terbentuk.
Padahal, dasar agar IA ITB
strong dan mampu melakukan
movement-movement adalah kekeluargaan yang solid.
Kembali tentang komunitas dan storing, saya lihat mas Gembong banyak melakukan storing alumni yang
trouble, banyak silaturahmi. Hal=hal yang menjadikan komunitas menjadi guyub dan solid kompak.
Kalau komunitas guyub dan solid kompak, banyak
resource yang tersedia. Mau
execute program juga lebih mudah. Member bisa starting programnnya, kalau
feasible maka bisa disupport komunitas. Bisa jadi program resmi komunitas yaitu IA ITB.
Sudah banyak seabreg-abreg orang bikin program bagus-bagus tapi tidak ada eksekusinya. Jadi saya sih lihatnya program-program yang sudah dieksekusi, walau receh-receh.
Yang receh-receh ini kalau banyak dikumpulkan kan jadi gede, apalagi distrukturkan.
Jadi makin mantap saya dukung mas Gembong sebagai Ketum IA ITB, tidak ada penyesalan kalau mas Gembong kalah.
Saya yakin andaipun mas Gembong kalah, terus tidak jadi berhenti silahturahmi dan storing. Saya yakin mas Gembong cs tetap mengabdikan bagi komunitas, sudah ada di gennya!
Jadi jabatan ketum IATB itu hanya formal saja. Walaupun tanpa jabatan formal, saya yakin mas Gembong cs tetap terus bergerak membentuk Paguyuban Alumni ITB, track record bertahun tahun hingga kini membuktikan.
IA ITB bukan partai atau ormas yang dapat pembiayaan dari APBN/APBD,
resource IA ITB adalah para member yang solid dan kompak.
Akhmad Mulyanto